SIDOARJO (RadarJatim.id) – Dalam memberikan pembelajaran, khusus dalam pembelajaran cara berdemokrasi. Melalui Pemilos (Pelihan Ketua dan Wakil OSIS) 2024-2025 SMP Nufi (Nurul Fikri) Sidoarjo dilakukan secara total, dilakukan secara nyata bagaikan pelaksanaan proses Pemilu pada umumnya.
Diawali dengan proses sosialisasi, penjaringan dan seleksi calon ketua dan wakil ketua, terpilihlah tiga pasangan calon, yaitu Paslon 1 (Vanesya Laila Safira dan Muhammad Fathirul Ilmin Nafi’), Paslon 2 (Wisnu Bary Prayoga dan Rayhan A Ranukrisna) dan Poslon 3 (Aurani A Nastity dan Tamimah Alimah M).
Dilanjutkan dengan pemaparan visi dan misi, hingga kampanye terbuka dan debat terbuka yang dilihat oleh siswa dan seluruh guru-gurunya. Puncaknya pada Senin (16/12/2024) pagi dilakukan prosesi Pemilos di halaman SMP Nufi Desa Suruh Kec. Sukodono Sidoarjo. Hasilnya, Paslon nomer urut 2 (Wisnu dan Ranu) mendapatkan suara terbanyak dari pasangan calon yang lain.

Usai terpilih, Wisnu dan Ranu yang mempunyi motto ‘Suki’ (Semangat Untuk Karakter Berprestasi), dan siap menjalan program visi-misinya serta merangkul para calon yang lain untuk menjadi pengurusnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Pemilos SMP Nufi Sukodono Sidoarjo, Naufal Raihan kelas 8 mengaku banyak mendapatkan pengalaman dari Pemilos kali ini. Karena bisa mengetahui proses berdemokrasi yang sesungguhnya.
Dilakukan dengan sangat terbuka, jujur dan adil, bisa kita lihat mulai pendataan, pemanggilan pemilih masuk dalam bilik untuk mencoblos, terus memasukkan kotak suara, dan keluar TPS pemilih harus memasukkan salah satu jarinya di tempat tinta. “Ternyata seperti ini prosesnya berdemokrasi,” ungkap Raihan.
Usai memantau jalannya Pemilos, Kepala SMP Nurul Fikri Sidoarjo, Muammal Jasin, M.Pd menuturkan dalam pelaksanaan Pemilos ini didesain sebagaimana mestinya, seperti Pemilu pada umumnya. Kegiatan ini merupakan bagian dari konstekstual learning, karena mereka selama ini hanya melihat proses pencoblosan di media-media, sekarang ini mereka merasakan sendiri.
Jadi prosesnya memang kita samakan persis dengan Pemilu yang sesungguhnya, hari ini anak-anak kita ajak untuk bisa merasakan bagaimana mencoblos surat suara yang telah disediakan panitia. “Ini sebuah pengalaman bagi mereka bila nanti dewasa terjun berdemokrasi yang sebenarnya,” tuturnya.

Untuk pencoblosan ini memang sengaja kami lakukan secara manual, mencoblos di bilik-bilik pencoblosan. Kami sengaja tidak menggunakan digitalisasi, dengan tujuan anak-anak bisa merasakan langsung bagaimana rasanya mencoblos Paslon pilihannya. Serta bagaimana rasanya bila pilihannya kalah tetap bisa menerima apa adanya.
“Harapan kami bisa memberikan pengalaman anak-anak itu kalau kalah menang itu hal biasa. Usai pemilihan bisa kembali seperti baisanya, tidak ada kelompok-kelompok, bahkan calon yang kalah juga bisa menjadi satu, diakomodir untuk menjadi pengurusnya,” harap Ustad Muamal Jasin.(mad)