SIDOARJO (RadarJatim.id) –Puisi berbahasa Jawa atau disebut macapat, kembali hidup, bangkit dari tidur panjangnya, di Kota Delta Sidoarjo.
Kebangkitannya ditandai dengan dukungan dan semangat dari berbagai pegiat macapat yang tergabung dalam paguyuban berbasis seni budaya Jawa, yang rutin menggelar tetembangan macapat secara swakelola dan swasembada.
“Kini, pegiat macapat Sidoarjo memiliki tambahan tiga gagrak (gaya) macapat Sidoarjoan terbaru, yakni gagrak untuk tembang Pocung, tembang Mijil, dan tembang Gambuh, yang secara kolosal akan ditembangkan oleh warga Sidoarjo,” kata Ribut Wijoto SS, selaku Ketua Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda).
Ia katakan, mengurai latar belakang gebyar acara bertajuk “Seribu Warga Nembang Macapat Gagrak Sidoarjo”, yang siap dipergelarkan Sabtu (3/8/2024) di SMP-SMK Sepuluh Nopember, Jl Raya Siwalan Panji, Buduran, Sidoarjo.
Jadi, tambah Ribut, dalam rentang waktu satu tahun, pegiat macapat Sidoarjo menciptakan lima tembang gagrak Sidoarjo, sejak kali pertama pada 23 Juli 2023, tercipta dua tembang macapat, yaitu tembang Kinanti dan tembang Asmaradana, yang keduanya telah mendapatkan HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kemenkumham.
“Sekarang bertambah tiga tembang macapat, sehingga total sebanyak lima tembang macapat gagrak Sidoarjo,” papar Ribut.
Ketua Panitia, Murlan SSn, menjelaskan bahwa sasaran acara nembang bareng macapat adalah pelajar, mahasiswa, dan warga Sidoarjo. Sebelum gelar acara puncak, mereka akan dihimpun dalam workshop untuk tutorial nembang pada Sabtu (20/7/2024) di SMP-SMK Sepuluh Nopember Sidoarjo, sebelum acara puncak Sabtu (3/8/2024).
“Sebenarnya, seluruh pelajar SMP di Sidoarjo telah kenal tembang macapat di sekolahnya lewat mata pelajaran Bahasa Jawa. Sekarang, saatnya dihidupkan kembali macapatan itu agar macapat tidak tergerus globalisasi. Apalagi, para pegiatnya telah berhasil menciptakan lima tembang gagrak Sidoarjoan,” jelas Murlan, Ketua Komite Seni Tradisi Dekesda, yang juga guru tetap untuk seni karawitan di SMPN 5 Sidoarjo, dan guru di berbagai sekolah penyelenggara karawitan untuk ekstra kurikuler.
Kelima tembang gagrak Sidoarjo adalah karya Suwarmin MSn, Penasehat Dekesda dan pegiat macapat yang juga dosen seni karawitan di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya.
Suwarmin menjelaskan, macapat gagrak Sidoarjo diciptakan bersumber dari wayang gagrak Porong, dengan tokoh legendaris dalang (alm) Suwoto Gozali.
“Wayang gagrak Porongan itu dulunya sangat populer dalam dunia pakeliran. Itu yang menginspirasi tembang macapat gagrak Sidoarjo,” kata Suwarmin.
Selain itu, Suwarmin juga mendapat banyak masukan dari pegiat pegiat macapat di Sidoarjo.
Sedikitnya tercatat lima paguyuban yang rutin melaksanakan kegiatan nembang macapat, yakni Paguyuban Jenggala Manik, Paguyuban Kinanthi Macapat Sidoarjo (KMS), Paguyuban Sekar Kawedhar, Paguyuban Macapat Samiaji, dan Paguyuban Sekar Palupi. Selain itu, juga Rumah Budaya Rika Rahayu Rasmi (R3), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Seni Budaya SMP-SMA Sidoarjo, dan Dewan Kesenian Sidoarjo.
Bahkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sidoarjo, aktif menggelar Macapat untuk para pemuja puisi berbahasa Jawa pada tiap malam Selasa Kliwon yang dikenal dengan sebutan malam Selasa Anggara Kasih.(mad)