SIDOARJO (RadarJatim.id) — Ribuan siswa SMP dan SMK Sepuluh Nopember ‘tumplek blek’ penuh semangat dan suka cita mengikuti gerakan melestarikan seni budaya tradisional, uri-uri Budaya Jawa, yakni dengan menggelar ‘1000 Warga Nembang Macapat Gagrak Sidoarjo’ pada Sabtu (3/8/2024) sore di halaman sekolah.
Kehadiran Ketua Yayasan Purnama yang menaungi SMP-SMK Sepuluh Nopember Sidoarjo Misti Hariasih, SE MM yang membuka gelar Macapat, didampingi Kepala SMK Sepuluh Nopember Ratih Wulansari, S.Si M.Pd dan SMP Sepuluh Nopember Saiful Tulus Jatmika, S.Pd M.Pd menambah semangatnya para siswa saat Macapat bersama-sama.
Didampingi pula Ketua Dekesda Ribut Wiyoto, SS dan Suwarmin, MSn dosen Filsafat Seni Karawitan STKW (Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta) Sidoarjo serta para tokoh-tokoh seni budaya yang lainnya.
Misti Hariasih, Ketua Yayasan Purnama mengungkapkan kemeriahan acara tersebut, berkat kerja bareng Yayasan Purnama dengan Dekesda merupakan momentum luar biasa dalam pelestarian budaya Jawa. Pelajar SMP-SMK Sepuluh Nopember Sidoarjo semakin mantap dalam menghayati seni budaya Jawa terutama macapat,” kata Bu Misti_sapaan akrabnya dalam sambutannya dengan berbahasa Jawa Ngoko.
Di tahun 2024 tercipta pupuh Gambuh, Mijil, dan Pucung. “Gagrak Sidoarjo adalah identitas Kota Sidoarjo. Dalam tembang itu terangkum segala budaya Sidoarjo. Mulai dari ekosistem lingkungan dan sosiologi masyarakatnya,” kata Ribut Wiyoto.
Dekesda, lanjut Ribut, menyampaikan rasa terima kasih tak terhingga kepada paguyuban-paguyuban budaya Jawa di Sidoarjo, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) SMP-SMA, dan Yayasan Purnama sebagai lembaga yang menaungi SMP-SMK Sepuluh Nopember Sidoarjo.
Kepala Sekolah SMK Sepuluh November Sidoarjo, Ratih Wulansari menyampaikan sebelumnya ribuan pelajar juga pengajar ini melakukan persiapan dengan mengikuti workshop.
“Sebelum ada 1000 nembang kita ada workshop dikhususkan untuk para guru baik SMP dan SMK Sepuluh November beserta para siswa yang kita pilih. Kemudian terpilih 81 siswa SMK dan 44 siswa SMP di tanggal 20 Juli dengan koordinasi langsung dengan Dekesda yang akhirnya nembang bersama macapat ini dilakukan oleh 1000 pelajar terdiri dari dari pelajar SMK 550 siswa dan SMP ada 450 siswa, jadi ada 1000 siswa,” jelasnya.
Ratih melanjutkan dengan adanya agenda ini adalah sebagai upaya memasukkan nilai-nilai kearifan budaya lokal tersebut kepada anak-anak.
“Dengan anak-anak mengenal macapat (maca papat-papat) yang berarti ada suku kata yang dibaca empat-empat, menjadi hal baru bagi mereka, kami harap ini terpatri dalam ingatan anak-anak bahwa kita mempunyai kekhasan yang luar biasa yang mungkin mereka belum pernah tahu sebelumnya,” harap Bu Ratih_sapaan akrannya.
“Senang, bangga. Baru tahu macapat kali ini, meski sulit dalam bahasa Jawa terlebih nadanya, tapi ini cara untuk melestarikan budaya bangsa. Senang dapat pengalaman baru,” ungkap siswa kelas X, Ayu Puspitasari.
Acara ditutup dengan flash mob tari “Beksan Srampat” karya seniman tari Sidoarjo, Nur Alifa, diiringi lagu “Sidoarjo Kaloka” ciptaan komposer tradisi Sidoarjo, Maulana Aditya, diikuti seluruh peserta dengan bersemangat.(mad)