Tidaklah sia-sia ratusan warga Desa Sukorejo, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, menggelar aksi demo, tepat di depan pabrik pengolahan kayu milik PT Haswin Hijau Perkasa (HHP), Senin (5/6/2023) lalu. Terik matahari yang menyengat kulit tubuh siang itu sebanding dengan hasil yang mereka dapatkan.
Dua tuntutan utama yang mereka perjuangkan dalam aksi demo di Jalan Raya Mayjen Sungkono, Gresik itu terkabulkan. Ini ditandai dengan dibubuhkannya tanda tangan wakil warga dan wakil perusahaan dalam selembar kertas kesepakatan bersama kedua belah pihak. Tak main-main, dalam lembar kesepakatan itu juga tertera tanda tangan orang-orang penting di Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik, yakni Bupati Fandi Akhmad Yani dan Ketua DPRD Gresik Mohammad Abdul Qodir.
Adapun 2 tuntutan yang berhasil mereka perjuangkan adalah kesanggupan pihak perusahaan untuk mempekerjakan 60% dari kuota tenaga kerja di perusahaan berasal dari warga Desa Sukorejo. Tuntutan ini merujuk pada Peraturan Daerah (Perda) Gresik nomor 27 Tahun 2022, tentang Perlindungan Tenaga Kerja Lokal.
Terlepas dari payung hukum berupa Perda tersebut, tuntutan itu disampaikan karena di desa yang sebagian warganya bermata pencaharian sebagai nelayan itu masih banyak pengangguran, terutama para pemudanya. Karena itu, tuntutan lapangan pekerjaan mendesak untuk dipenuhi.
Tuntutan kedua yang juga dipenuhi oleh pihak perusahaan adalah dibukanya kesempatan BUMDes Sukorejo untuk mengelola (tepatnya membeli) limbah berupa serbuk kayu di pabrik yang lokasinya berimpitan dengan desa tersebut. Tuntutan itu didesakkan untuk dikabulkan sebagai ikhtiar untuk menambah pemasukan keuangan desa. Pasalnya, belakangan pemerintah desa yang ternyata juga menanggung biaya sekolah anak-anak yatim di desa itu, dalam beberapa tahun terakhir merasa kelimpungan karena minimnya income, terutama akibat terdampak pandemi Covid-19.
Namun, tak banyak yang mengetahui, bahwa di balik sukses aksi demo yang sempat menutup total arus lalu lintas di Jalan Raya Mayjen Sungkono itu ada sosok bernyali tinggi pemberani yang mengawal ketat aksi massa tersebut. Keterlibatannya dalam aksi di bawah sengatan mentari tak tanggung-tanggung.
Sosok bernyali tinggi dan pemberani ini ikut merancang, memimpin langsung aksi di lapangan lewat orasi menggetarkan di atas mobil komando yang disiapkan, sekaligus mengawal dan mengamankan tuntutan yang telah diperjuangkan. Siapa sosok itu?
Dialah Fakhur Rokhman. Pria kelahiran Gresik, 22 Agustus 1975, yang tak lain adalah kepala desa (Kades) Sukorejo ini punya peran penting dalam aksi demo tersebut. Untuk membakar semangat warganya dalam memperjuangkan tuntutan, Kades yang telah menjabat 3 periode ini, bahkan harus rela naik mobil komando dan mengenakan seragam lengkap kedinasan sebagai kepala desa. Dengan suara lantang, pria berperawakan mungil ini terus mengobarkan semangat warga yang merasa dipandang sebelah mata oleh perusahaan yang telah belasan tahun menyemburkan polusi kepada warga, namun tak “meneteskan” manfaat ekonomi.
Dengan pertimbangan itulah, 2 tuntutan itu diperjuangkan hingga goal alias berhasil. Dan, setelah melalui proses negosiasi cukup alot dan menguras emosi, serta uji kesabaran, manajemen PT Haswin Hijau Perkasa akhirnya mau membubuhkan tanda tangan kesepakatan bersama, lewat Wakil Pimpinan Perusahaan Dody Winarto.
Isi kesepakatan bersama yang memuat dikabulkannya 2 tuntutan warga dan telah ditandatangani wakil warga dan wakil perusahaan itu pun lalu diumumkan kepada massa pendemo. Cuaca panas dan berdebu itu pun serasa adem dan melegakan begitu kesepakatan bersama itu dibacakan.
Apa yang membuat Kades Fatkhur Rokhman ini begitu getol berjuang mendampingi warganya? Ditemui seusai memimpin demo, Gus Rokhman, sapaan akrabnya, mengaku, sebagai pemimpin, apa yang dilakukan sebenarnya bukan hal yang luar biasa. Dan itulah, lanjutnya, yang seharusnya dilakukan setiap pemimpin di level apa pun, apa itu kepala desa, camat, bupati/walikota, gubernur, bahkan presiden sekalipun. Ketika disambati warga atau rakyat yang dipimpinnya, ia mesti cepat merespon dan bertindak.
“Nah, kalau jadi pemimpin nggak mau memperjuangkan aspirasi dan nasib warganya, padahal itu mendesak dan dibutuhkan warga, lebih baik mundur saja. Mundur sebagai rakyat biasa itu jauh lebih terhormat daripada jadi pemimpin tapi mbidhek (diam) saja dan pura-pura tidak tahu ketika disambati rakyatnya,” kata Gus Rokhman berapi-api seraya berharap, apa yang dilakukan diharapkan menginspirasi para Kades dan pemimpin lainnya.
Disinggung apa tidak takut dengan kemungkinan risiko yang akan timbul, karena saat memimpin demo Gus Rokhman mengenakan seragam dinas sebagai kepala desa, dengan cepat ia menampik. Bahkan, ia menantang siapa pun yang akan mempermasalahkan posisinya sebagai Kades saat demo membela warganya.
“Apa yang ditakuti? Saya sudah tiga periode jadi kepala desa dan warga tahu betul siapa saya. Apa yang saya lakukan ini sudah seharusnya dilakukan seorang pemimpin. Sekali lagi, jadi pemimpin kalau nggak mau tahu dengan masalah rakyatnya, itu nggapleki namanya. Mundur saja dan itu lebih terhormat,” tandasnya.
Kesepakatan bersama antara warga Desa Sukoreko dan perusahaan, yakni PT Haswin Hijau Perkasa, memang telah ditandatangani sebagai bukti, bahwa tuntutan warga secara sah dikabulkan. Namun, teknis realisasinya memang masih perlu waktu untuk berproses. Hal itu, khususnya terkait mekanisme rekrutmen karyawan dan hitung-hitungan bisnis limbah kayu yang akan dibeli warga lewat BUMDes.
Akan muluskah realisasi atas kesepakatan bersama yang telah ditandatangani oleh para pihak tersebut? Memang, butuh komitmen bersama yang kuat untuk mewujudkannya dan tidak ada dusta di antara para pihak yang berkepentingan.
Karena itu, sisa pekerjaan yang harus dilakukan adalah mengawal komitmen tertulis itu sampai benar-benar terealisasi sesuai harapan dengan happy ending. Dan, itulah yang kini terus dilakukan Gus Rokhman bersama warganya. (Suhartoko)