SURABAYA (RadarJatim.id) Calon Wakil Walikota Surabaya, Mujiaman berkomitmen untuk merangkul seniman dan budayawan untuk menghidupkan kembali Kota Pahlawan.
Hal itu disampaikan ketika Mujiaman menghadiri peresmian posko Khofifah Indar Parawansa (KIP) Progo di Jalan Diponegoro, Darmo, Tegalsari, Kota Surabaya.
Mujiaman menyayangkan, bahwa kesenian dan kebuyaan lokal di Kota Surabaya tidak mampu bertahan oleh perkembangan zaman. Sehingga, semakin hari ranah seni dan budaya ditinggalkan oleh kaum milenial.
“Saya ingin merangkul pelaku-pelaku kesenian dan budayawan agar dapat mewarnai Kota Surabaya lagi dan ingin mengembalikan ludruk dan ketoprak menjadi ciri khas Surabaya,” ujar Mujiaman, Minggu (18/10/2020).
Kasipan, Ketua Komunitas Kesenian Campursari, mengaku bahwa saat ini dirinya, merasa kesulitan untuk menemui wadah dalam pementasan kesenian. Hal itu juga, yang membuat banyak komunitas-komunitas kesenian ditinggalkan oleh anak muda.
“Untuk saat ini wadah atau tempatnya yang tidak ada. Tapi syukurnya setiap Rabu malam komunitas campursari, jatulis, lenggang Surabaya masih tampil di TVRI. Tapi kan kasihan komunitas-komunitas yang lain, tidak mempunyai tempat,” ungkapnya.
Diketahui, Mantan Direktur PDAM Surya Sembada Kota Surabaya itu, berkomitmen akan merevitalisasi Taman Hiburan Rakyat (THR) yang memiliki seluas 17 hektar sebagai pusat kesenian dan kebudayaan.
“Sangat disayangkan, tanah seluas 17 hektar itu nganggur dan mangkrak. Padahal, jika dikelola dengan baik dapat menjadi icon Surabaya,” ungkap Mujiaman.
Mujiaman akan merangkul kembali seniman-budayawan untuk menghidupkan Kota Surabaya. Sebab, saat ini pelaku seni dan budaya tercecer tidak punya tempat sama sekali.
“Itu seniman sekarang tercecer di mana-mana, tidak punya tempat sama sekali, sangat terbatas karena untuk sewa ruang mahal. Jadi kita harus fasilitasi anak-anak muda atau komunitas dengan ruang-ruang yang banyak agar mereka mudah sekali untuk berinteraksi,” bebernya.
Alumnus ITS ini berpesan, agar kesenian dan budaya dapat dilestarikan oleh anak-anak muda Surabaya. Sebab, dengan adanya upaya, mereka akan mampu berkreasi dalam memunculkan inovasi baru sesuai kebutuhan jaman.
“Anak muda yang mau menyentuh kesenian tradisional sudah pasti mereka mampu berinovasi. Saya ingin terus kesenian tradisional bisa berinovasi menyesuaikan kebutuhan jaman. Agar kelestarian kesenian ini dapat terjaga,” pungkasnya. (Cintia/Red)