GRESIK (RadarJatim.id) — Pengelolaan sampah di Kabupaten Gresik, khususnya wilayah Gresik Selatan dipastikan semakin baik. Perbaikan ini berkat mulai beroperasinya Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Belahanrejo, Kecamatan Kedamean.
TPST ini ditargetkan mampu mengolah 20 ton sampah per hari dan bisa menghasilkan briket sebanyak 100 kilogram per jam. Operasional TPST ini menjadi salah satu bukti realisasi Nawa Karsa Gresik Lestari.
“Dengan operasionalisasi TPST ini, maka penanganan sampah di Kabupaten Gresik tidak terpusat di TPA Ngipik saja, tapi bisa mencakup Kecamatan Kedamean, Wringinanom, dan Driyorejo,” ungkap Bupati Gresik Fandi Ahmad Yani, saat meninjau TPST Belahanrejo, Selasa (27/2/2024).
Selain TPST Belahanrejo, di Gresik Selatan juga ada TPST di Kecamatan Menganti. Bedanya, TPST di Kedamean dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Gresik, sedangkan di Menganti dikelola oleh Pemerintah Desa.
“Kami mengapresiasi kepala desa dan BUMDesma (Badan Usaha Milik Desa Bersama) di Menganti yang ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sampah ini. Dengan adanya dua TPST ini, maka sampah di Gresik Selatan tidak perlu dibawa ke Gresik Kota,” lanjut Gus Yani, sapaan akrab Fandi Ahmad Yani.
Sementara Wakil Bupati Gresik Aminatun Habibah, yang mengikuti peninjauan berharap agar warga juga terlibat pengelolaan sampah ini di tingkat rumah tangga. Caranya, ikut memilah dan mengolah sampah di tingkat rumah tangga, sehingga masalah sampah tidak harus semua di TPS atau TPA.
Karena itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gresik juga mendorong keterlibatan masyarakat yang lebih luas dalam penanganan sampah, melalui pendirian dan pembinaan Kampung Proklim (Program Kampung Iklim) serta Desa/Kelurahan Berseri.
Hal ini mengingat sampah di Kabupaten Gresik didominasi sampah sisa makanan dari limbah rumah tangga. Dengan demikian, idealnya harus dilakukan pemilahan sejak di rumah-rumah. Hingga saat ini telah ada 28 Kampung Proklim di Kabupaten Gresik.
Operasionalisasi TPST Belahanrejo ini merupakan salah satu proyek strategis Pemkab Gresik. Mengingat selama ini semua sampah se-Kabupaten Gresik, kecuali Bawean, dibawa ke TPA Ngipik di kawasan industri Petrokimia Gresik. Dalam sehari, sampah yang masuk sekirar 220 ton, sedangkan yang mampu dikelola hanya 18 ton per-hari.
Jadi, sejak tahun 2018 sebenarnya sudah overload. Meskipun di Ngipik juga ada TPST berbasis RDF dengan kapasitas 2,5 ton per jam dan juga ada mesin briket dengan kapasitas 100 kg per jam, tapi mesin yang ada masih kewalahan dengan masukan sampah sebesar itu. RDF (Refuse Derived Fuel) adalah hasil pemisahan sampah padat antara fraksi yang mudah terbakar dan fraksi yang sulit terbakar.
Sri Subaidah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Gresik, menjelaskan, mesin pengolah sampah di TPST Belahanrejo ini akan menjadikan sampah bernilai guna.
“Ada tiga produk yang dihasilkan, yakni briket yang bisa dimanfaatkan UMKM sebagai bahan bakar alternatif, dan RDF Organik serta RDF anorganik yang akan diserap pasar industri,” ujarnya.
Nawa Karsa Gresik Lestari sendiri terdiri atas beberapa output kunci seperti revitalisasi Gresik Kota Tua, pengembangan revitalisasi ekowisata, mendorong filosofi ramah lingkungan (lubang serapan biopori). Sealin itu, juga mendorong terciptanya Industri yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, dan membangun sistem pengelolaan sampah terpadu di tingkat kecamatan.
Sedangkan untuk capaian di bidang lingkungan, dilihat dari Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Gresik tahun 2022 ada di angka 58,15 poin meningkat sebesar 4,75 poin dibandingkan tahun 2021. Keberhasilan Pemkab Gresik dalam pelaksanaan Kampung Proklim di tahun 2023 juga diganjar Penghargaan Pembina Proklim Terbaik tingkat Jawa Timur. (sto)