GRESIK (RadarJatim.id) — Wakil Bupati Gresik Aminatun Habibah tak kuasa menahan air mata, sehingga membuat kedua matanya berkaca-kaca. Perempuan asal Bungah, Gresik ini merasa trenyuh dan prihatin menyaksikan secara langsung warganya yang hidup dalam himpitan ekonomi dan kondisi tubuhnya yang lemah.
Pemandangan ini nampak ketika Bu Min, sapaan Wabup Aminatun Habibah, berkunjung ke rumah sederhana yang dihuni tiga bersaudara yang sudah memasuki usia lanjut, Jumat (18/2/2022). Mereka adalah Waras (70), Chamim (62) dan Siti Chodijah (53), warga Kelurahan Pekelingan, Kecamatan Gresik (kota). Bahkan saat dikunjungi Bu Min, saudara tertua, Waras dalam kondisi sakit.
Sebelum sampai rumah berukuran 2,5 x 8 meter itu, Bu Min harus menyusuri lorong gang sempit. Bu Min merasa prihatin dengan kondisi warga yang tergolong tidak mampu ini. Seharusnya mereka masuk dalam data penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) maupun Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Namun, karena mereka tidak punya anak, data tidak bisa masuk.
“Ketiganya belum mendapakan bantuan PKH dan BPNT karena teknis syarat dari Kemensos harus punya anak, sedangkan mereka tiga bersaudara ini tidak berkeluarga. Namun, selama ini dapat bantuan dari Baznas. Di kabupaten Gresik ada program PKH Inklusi. Nanti kita masukkan pada program tersebut agar bisa membantu meringankan bebannya,” kata Bu Min kepada wartawan di tengah kunjungannya.
Wabup berharap warga yang kurang mampu bisa didata secara riil dan cepat agar tingkat kemiskinan yang ada di kabupaten Gresik bisa segera teratasi dan ada penurunan tingkat kemiskinannya.
“Gresik ini terlihat tingkat kemiskinan masih tinggi karena pengaruh dari besar UMK yang tinggi. Sehingga ada kesenjangan yang tinggi dari yang berpendapatan UMK dibanding mereka yang berpendapatan di bawah UMK. Padahal dibandingkan kabupaten lain tingkat pendapatan di kabupaten Gresik sudah cukup tinggi,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu Bu Min memberikan bantuan sembako dan uang tunai kepada tiga bersaudara itu didampingi oleh Lurah Pekelingan, Muslich.
“Semoga bantuan yang tidak seberapa ini bisa bermanfaat bagi ketiga bersaudara Pak Waras sekeluarga. Kelurahan juga agar memperhatikan dan mengupayakan bantuan bagi warganya yang kurang mampu,” pesan Wabup.
Tiga bersaudara yang tinggal di rumah kecil tersebut adalah warga asli kelurahan Pekelingan, Kec. Gresik (kota), bukan pendatang. Saudara pertama bernama Waras berusia 70 tahun, dalam kondisi sakit. Waras terlihat hanya bisa berbaring setengah duduk di sudut pojok rumahnya yang hanya beralaskan kasur di lantai.
Tubuhnya yang tua rentah sudah sangat susah digerakkan. Matanya buta dan pendengarannya sudah terganggu. Seminggu sekali ada petugas kesehatan dari Puskesmas yang memeriksa kondisi tubuhnya.
Saudara nomor dua bernama Chamim berusia 62 tahun. Ia juga sudah tidak bisa bekerja dan tidak punya pekerjaan. Kedua matanya terserang katarak, sehingga penglihatannya kabur, tak sempurna lagi. Meski sudah dilakukan operasi katarak, namun ia masih mengalami gangguan pengelihatan.
Usia yang sudah tergolong tua dan kondisi fisiknya yang lemah, membuatnya hanya bisa berdiam diri di rumah. Ketika fisiknya masih relatif kuat, ia pernah bekerja di sebuah perusahaan songkok di Kelurahan Kroman, Kec. Gresik sebagai tukang gosok kopyah.
Sementara saudara nomor tiga bernama Siti Chotijah, berusia 53 tahun. Seperti Chamim, perempuan satu–satunya ini juga menderita katarak pada matanaya. Ia sudah melakukan operasi dua kali, namun penglihatannya masih kabur.
Seperti dua saudaranya, perempuan ini juga hanya bisa berdiam diri di rumah. Untuk menopang kehidupan sehari-hari, ketiganya hganya mengandalkan uluran tangan tetangga dan para dermawan.
Dari lembaga, tiga bersaudara ini mendapat bantuan dari Baznas Gresik sejak lebaran 2021. Bantuan saat pandemi Covid-19 mereka terima sebanyak 3 kali, namun belum masuk daftar bantuan PKH dan BPNT dari Kementerian Sosial. (sho)