SIDOARJO (RadarJatim.id) Ketiga pasangan calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Sidoarjo dinilai masih belum memiliki terobosan baru dalam membangun Kabupaten Sidoarjo, mereka hanya menjual konsep lama dalam kemasan baru.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Putra-putri dan Keluarga Angkatan Darat (DPC HIPAKAD) Sidoarjo dalam menanggapi acara debat yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Sidoarjo, Selasa (03/12/2020) kemarin.
“Calon pemimpin itu kapasitasnya terukur dari gagasan barunya yang realistis sehingga bukan saja menarik untuk disampaikan pada publik tetapi juga bisa diaplikasikan,” kata M. Husni Thamrin, Rabu (04/11/2020).
Pria yang akrab dipanggil MHT itu menuturkan bahwa hampir semua Paslon hanya mengetengahkan program-program dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo yang saat ini sudah dijalankan atau telah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
“Kalaupun ada yang baru, itu tidak realistis karena tidak mengacu pada kekuatan keuangan daerah sehingga tidak mungkin untuk diwujudkan pada saat mereka memenangkan Pilkada nanti, ” tuturnya.
Ia juga menuturkan bahwa para Paslon seharusnya menghubungkan program-program kerjanya dengan besaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Sidoarjo supaya nantinya visi dan misi itu bukan hanya jadi angin surga yang membuai warga Sidoarjo.
“Tapi pada dasarnya orang Sidoarjo sudah tahu soal itu. Jadi tidak akan mudah terpesona dengan janji-janji manis yang tak akan bisa dibuktikan seperti itu,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Muhammad Syaiful, SH yang menilai bahwa dalam debat publik kemarin, para calon hanya mengajak warga Sidoarjo untuk berselancar di dunia maya yang dibungkus dalam keindahan retorika.
“Psikologis pemilih itu pragmatis sehingga mereka tidak bisa diberi konsep yang muluk-muluk. Sampaikan saja program yang taktis dan strategis dan buka sekedar pepesan kosong,” ungkapnya.
Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai pengacara itu menjelaskan bahwa sangatlah jauh dari harapan, jika para Paslon itu beranggapan bisa mempengaruhi perilaku politik masyarakat Sidoarjo hanya dari melihat performa mereka dalam debat publik tersebut.
Dijelaskan oleh pria yang biasa disapa Mamad Ipul itu, bahwa masih banyak faktor-faktor lain yang menentukan pilihan masyarakat dan itu sangat tergantung pada kepentingan publik terhadap agenda politik ini.
“Kalau mereka merasa tak punya kepentingan dengan Pilkada ini, maka tentu yang dibutuhkan adalah finansial,” jelasnya.
Bahkan menurut Mamad Ipul, siapapun orangnya jika kemudian bersentuhan dengan dinamika politik yang berbayar maka merekapun akan menempatkan dirinya di pusaran itu sebagai dasar menentukan pilihannya.
“Istilahnya NPWP, Nomer Piro Wani Piro,” pungkasnya. (Imam/Red)







