GRESIK (RadarJatim.id) – Sentuhan kebaikan yang diberikan kepada alam terbukti membuahkan keberkahan. Paling tidak ini dialami Subhan, dari Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Hijau Daun, lewat kegiatan konservasi yang dilakukan di Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur.
“Kami meyakini, bahwa dengan membalas sedikit kebaikan kepada alam, maka alam akan memberikan lebih dari yang kita bisa bayangkan. Apa yang kami lakukan saat ini benar-benar karena kami mencintai alam yang sudah selalu menghidupi kami, agar anak cucu kami nanti masih bisa merasakan nikmatnya tumbuh bersisian dengan keindahan cakrawala Bawean seperti saat ini,” tutur Subhan, Senin (9/10/2023) .
Pria ini tidak hanya melakukan kegiatan konservasi di kampungnya sendiri, namun juga mendorong kelompok lain di seluruh Bawean untuk melakukan konservasi.
Kegiatan konservasi mangrove yang dilakukan bersama kelompoknya telah menyelamatkan 43 hektar pesisir Desa Daun, Kecamatan Sangkapura, yang sempat terkena abrasi.
Subhan juga telah memodifikasi area konservasi mangrove menjadi Ekowisata Mangrove Hijau Daun. Kini lokasi itu tidak hanya menjadi tujuan wisata alam, namun juga wisata edukasi yang memberikan dampak peningkatan ekonomi juga secara multiplier efek kepada masyarakat.
Atas peran yang telah dilakukannya, sosok Subhan yang serbabisa ini telah diapresiasi sebagai Juara Kalpataru Tahun 2021 Provinsi Jawa Timur.
Pada tahun 2020, Subhan bermitra dengan PT PLN Nusantara Power UP Gresik untuk menginisiasi pembentukan Komunitas Budidaya Terintegrasi dengan nama Pokdakan Putra Daun yang diketuai oleh Zainuddin.
Tujuannya, mengakselerasi perekonomian masyarakat setempat yang terdampak pandemi Covid-19 dengan memanfaatkan lahan bekas lahan abrasi yang telah dipulihkan seluas 1,3 hektar. Komoditas yang dipilih adalah udang vanami dan kepiting.
Budidaya udang dan kepiting ini merupakan yang pertama dan satu-satunya di Pulau Bawean yang memiliki inovasi teknologi dengan memanfaatkan Internet of Things: Smart Water Quality Monitoring System. Sistem monitoring kualitas air ini menggunakan sebuah alat yang dapat dikontrol secara langsung melalui aplikasi.
Manfaat alat itu adalah, petambak dapat mengetahui lebih cepat jika terjadi masalah kualitas air (pH air, suhu air, oksigen terlarut, padatan terlarut, dsb), sehingga dapat segera melakukan treatment sebelum timbul masalah pada udang dan kepiting yang dibudidaya.
Kini nelayan dari seluruh Bawean dapat menjual hasil tangkapan mereka, berupa anakan kepiting ke Pokdakan Putra Daun. Hingga Agustus 2023, Pokdakan mampu menjual 1,37 ton kepiting bakau ke pasar lokal Bawean dan Pulau Jawa dengan omzet mencapai Rp 126.590.000.
Tak berhenti sampai di situ, area budidaya udang dan kepiting ini juga dilengkapi dengan instalasi pengolahan air limbah sederhana untuk mengurangi polutan sebelum air dikembalikan ke sungai. Selain itu, juga disusun sebuah peraturan dan kebijakan melalui Pemerintah Desa Daun untuk menjaga dan meningkatkan keanekaragaman hayati area sungai.
Peraturan Desa itu mewajibkan pelepasliaran 3.600 bibit udang dan kepiting setiap masa tebar. Kebijakan ini diharapkan akan dapat dinikmati juga oleh nelayan yang mencari tangkapan di area sungai suatu di masa yang akan datang. Hingga kini Pokdakan Putra Daun telah melepasliarkan 25.200 benih udang ke sungai.
Ekowisata Mangrove Hijau Daun dan Komunitas Budidaya Terintegrasi menjadi sebuah pusat pembelajaran ekosistem pesisir dan budidaya terintegrasi satu-satunya di Kabupaten Gresik dan menjadi lokasi magang dan penelitian mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia. (sto)