GRESIK (RadarJatim.id) – Pemerintah Kabupaten Gresik perlu mewaspadai tren laju inflasi menyusul merangkak naiknya harga sejumlah barang kebutuhan rutin masyarakat, khususnya sektor pangan. Badan Pusat Statistik (BPS) Gresik mencatat, pada Februari 2024 di Gresik terjadi inflasi sebesar 0,62%, melebihi inflasi Jawa Timur yang di bulan yang sama tercatat 0,49%, bahkan melampaui tingkat nasional yang cuma 0,37%.
Hal itu terungkap pada rilis perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gresik yang disampaikan BPS Gresik, Jumat (1/3/2024). Rilis disampaikan langsung oleh Kepala BPS Gresik Ir Indriya Purwaningsih, MT. Hadir pada kesempatan tersebut, di antaranya Asisten bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekda Gresik, Misbahul Munir, Kepala Dinas Perikanan Moh. Nadlelah dan pejabat Dinas Pertanian, juga Biro Perekonomian Pemkab Gresik.
Masih menurut data BPS Gresik, inflasi pada Februari 2024 sebesar 0,62% itu meningkat dibanding sebulan sebelumnya, yakni Januari, yang tercatat 0,19%. Terhadap inflasi pada Februari yang relatif tinggi itu, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mempunyai porsi sebesar, yakni 0,52 persen dan angka itu memberikan andil yang paling tinggi terhadap inflasi Kabupaten Gresik. Disusul sektor transportasi yang memiliki andil 0,09 dan sektor informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang menyumbang 0,02%.
Berbeda dengan inflasi bulan ke bulan (month to month), yakni Februari terhadap Januari 2024 di Gresik yang relatif tinggi hingga melampaui inflasi Jatim dan nasional, untuk inflasi tahun ke tahun (year on year), yakni Februari 2024 terhadap Februari 2023, Gresik masih lebih rendah ketimbang Jatim dan nasional. Adapun inflasi Gresik year on year, tercatat 2,46%. Sementara Jatim dan nasional masing-masing tercatat 2,81% dan 2,75%.
“Terhadap inflasi, baik month to month maupun year on year, dari komoditas utama, beras memiliki andil terbesar,” ungkap Indriya Purwaningsih.
Dijelaskan, inflasi yang terjadi pada Februari 2024 (m-to-m) utamanya disebabkan oleh komoditas beras yang memiliki andil sebesar 0,32 persen, diikuti oleh telur ayam ras (0,08 persen), dan cabai merah (0,05 persen). Sementara untuk inflasi yang terjadi pada Februari 2024 (y-on-y) utamanya juga disebabkan oleh komoditas beras yang memiliki andil sebesar 0,64 persen, diikuti oleh udang basah (0,24 persen), dan cabai merah (0,21 persen).
Merespon relatif tingginya harga beras di pasaran yang belakangan menyentuh Rp 16.000/Kg, Pemkab Gresik, kata Misbhul Munir, berkomitmen untuk terus melakukan intervensi pasar, melalui program pasar murah. Tujuannya, mengembalikan stabilitas harga komoditas pangan itu, sehingga tingkat inflasi bisa dikendalikan.
“Untuk komoditas beras, kami akan melakukan program pasar murah di titik-titik yang dibutuhkan masyarakat. Untuk program ini, kami didukung penuh oleh Bulog terkait ketersediaan berasnya. Kalau stok tersedia dengan cukup, insya Allah harga akan cepat stabil,” ujar Munir.
Tentang program pasar murah yang menjadi bagian dari Gerakan Pangan Murah, dalam rangka stabilisasi pasokan dan harga pangan, lanjut Munir, Pemkab Gresik telah memulainya di Desa Yosowilangun, Kecamatan Manyar dan di Kecamatan, 27 Februari 2024 lalu.
Tentang harganya, pada program pasar murah ini dipastikan di bawah harga pasaran. Beras, misalnya, jika di pasaran masih berkisar Rp 14 ribu hingga Rp 16.000/Kg, dalam pasar murah ini hanya dibandrol Rp 10.300/Kg untuk beras Stabilisasi Pasokan Harga Pasar (SPHP) yang dikeluarkan Bulog. Gula dijual Rp16.000/Kg, minyak goreng Minyakita Rp13.000/liter, dan tepung beras Rp7.500/Kg, bawang merah Rp 10.000/setengah Kg, dan bawang putih Rp 16.000/setengah Kg.
“Program pasar murah akan terus kami lakukan hingga harga di pasaran benar-benar stabil, sehingga tidak memberatkan masyarakat konsumen. Sementara terhadap petani, untuk men-support peningkatan produksi beras, disiapkan subsidi pupuk untuk meringankan biaya produki,” pungkas Munir. (sto)