Oleh RIZKA AMALIA
Asosiasi Sineas Film Sidoarjo (ASFIS) mengajak para sineas dan penikmat film untuk belajar tentang sejarah perfilman. Hal itu dilakukan dengan menggelar kegiatan nonton bareng (nobar) film di Dekesda Art.
Untuk itu, ASFIS memutarkan film bergenre dokumenter produksi sineas Yogyakarta. Film dokumenter yang diputar pada Rabu (30/3/2022) malam itu bertajuk YK 48. Kegiatan dilakukan dalam rangka memperingati Hari Film Nasional pada 30 Maret 2022.
YK 48 merupakan film produksi tahun 2022. Film ini menampilkan selayang pandang sejarah perfilman Yogyakarta. Film ini juga menguak siapa saja yang berperan di dalamnya dan bagaimana cara pegiat film tersebut bisa tetap berkarya. Harapannya, film produksi Pehagengsi tersebut memunculkan pertanyaan, mau dibawa ke mana dan seperti apakah skema perfilman di kota Gudeg ini ke depannya?
Rehal Lahir Prias Supuntari, Ketua ASFIS menuturkan, penayangan film YK 48 ini diharapkan mampu membuka wawasan para sineas Sidoarjo untuk dapat terus berjuang dan berkarya.
“Kita bisa melihat, bahwa majunya perfilman di Yogya membutuhkan waktu dan proses yang panjang hingga para sineasnya dikenal,” tutur Rehal.
Tak hanya menonton film dokumenter, pada kesempatan tersebut juga diputar film garapan Bagas, sutradara muda dari Sidoarjo. Film pendek berjudul Dunia Lima Dimensi menjadi film pembuka pada acara yang dihadiri 23 orang dan mendapat dukungan Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda) sebagai tempat diselenggarakannya program ASFIS.
Dalam kegiatan nobar juga diputarkan film berjudul PDKT 6 Minggu. Meski ide cerita film pendek tersebut sederhana, tetapi pengemasan filmnya menarik. Sang sutradara menyebut film tersebut dengan film bergenre animasi mixed liveshot.
Menanggapi diputarnya film produksi sutradara Arief Khoirul Alim, Andi Fikri, selaku sutradara muda asal Sidoarjo mengungkapkan, para sineas juga harus terbuka dan menyalurkan kreasinya agar film Indonesia semakin menarik dan berkembang. Apalagi sekarang sudah ada ASFIS. ASFIS siap mendukung para sineas yang ingin berkarya dan memproduksi film, baik pendek dan panjang.
“ASFIS saat ini sedang mengurus izin legalitas agar bisa lebih mudah untuk mendapatkan dana hibah,” imbuh Rehal.
Moch. Antar selaku pengurus ASFIS menyampaikan, ASFIS memiliki 3 program utama. Program dimaksud adalah: worshop film, produksi film bersama, dan exhibition. Harapannya, perfilman Sidoarjo bisa terus berkembang dan ikut meramaikan perfilman Indonesia. (*)
*) RIZKA AMALIA, adalah guru di SDIT Insan Kamil Sidoarjo, pengurus ASFIS.