SURABAYA (RadarJatim.id) — Empat bocah yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) menggelar pameran bersama karya lukis mereka di Galeri Merah Putih Balai Pemuda, kompleks Alun-alun Surabaya, Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, 27 Juli – 1 Agustus 2024. Pembukaan pameran ini berlangsung pada Sabtu (27/7/2024) pukul 16.00 WIB, oleh Kepala SD Muhammadiyah 4 Pucang, Surabaya (MUDIPAT), Edy Susanto, MPd.
Pameran lukisan bertajuk “Prisha and Friends” ini menampilkan karya Prisha Pamungkas, seniman bocah berbakat berusia 7 tahun dari Sanggar DAUN, dan 3 temannya yang sama-sama bersekolah di SD Muhammadiyah 4 Pucang, Surabaya, yakni Andira Neysa Mahaeswari (9 tahun), Ali Akhtar Aryasatya (9 tahun) dan Alaric Virendra Setiawan (12 tahun).
Dikuratori oleh Arik S. Wartono, pameran seni rupa ini menampilkan 25 karya dalam berbagai media dan ukuran. Karya terbesar, yakni 2 karya Prisha Pamungkas, ukuran 100 x 150 Cm, yakni karya yang berjudul And Aliens Welcomed Too dan Kisah Pencurian, media cat akrilik di atas kanvas, dengan tahun pembuatan 2024. Sedangkan karya terkecil berukuran 21 x 29,7 Cm, dengan media spidol di atas kertas A4, karya Ali Akhtar Aryasatya berjudul Mr. Crab Menjadi Besar, dengan tahun pembuatan 2024.
“Pameran berlangsung setiap hari terbuka untuk umum dan gratis (free HTM), Ahad (Minggu) hingga Kamis, mulai pukul 9 pagi sampai 9 malam,” ujar Arik S. Wartono, Kurator, pendiri dan Pembina Utama Sanggar DAUN, seusai pembukaan pameran, Sabtu (27/7/2024) .
Dikatakan, pameran ini mengusung gagasan persahabatan, tentang 4 anak berbakat dalam seni rupa, khususnya melukis, yang bersekolah di satu sekolah yang sama, berpameran bersama dengan tema bebas sesuai imajinasi masing-masing.
Arik menjelaskan, tentang karakter dan genre karya, masih terlalu dini untuk membuat analisis apalagi kesimpulan, meski Prisha Pamungkas merupakan salah satu seniman ARTJOG KIDS 2023 yang telah menggelar pameran tunggal pertamanya tahun 2023 di Galeri DAUN lantai 2 Icon Mall Gresik.
Yang perlu dicatat dalam pameran ini, sambung Arik, bagaimana Prisha, Andira, Akhtar, dan Virendra bisa saling bertukar gagasan dan sharing pengalaman melaui karya. Saat di sekolah, mereka berada dalam bimbingan Beki, seorang seniman dari Gresik yang juga menjadi pengajar di SD Muhammadiyah 4 Pucang, Surabaya.
Prisha Pamungkas yang saat ini masih duduk di kelas 2 SD, menampilkan 9 karya lukis tentang dunianya yang intim bersama kucing peliharaannya yang bernama Minggo dan Yonggi, dengan segenap rasa dan imajinasi yang menyertainya. Bahkan kurator seni rupa nasional Dr Djuli Djatiprambudi telah memberikan apresiasi positif atas bakat dan kreativitas Prisha yang sejak awal belajar bersama teman-temannya di Sanggar DAUN dan aktif berpameran bersama para seniman termasuk seniman dewasa di Jawa Timur dan Yogyakarta.
Andira Neysa Mahaeswari, saat ini kelas 5 SD, nemampilkan 4 karya tentang dunia bawah laut dengan ikan-ikan dan terumbu karang. Goresannya cukup baik meski kurang di-support oleh media art yang memadai. Jika anak ini konsisten terus berkarya, masih bisa diharapkan mampu menghasilkan karya-karyanya yang jauh lebih baik.
Sementara Ali Akhtar Aryasatya, kelas 4 SD, menampilkan 6 karya yang penuh imajinasi khas anak-anak. Goresannya penuh percaya diri dengan teknik yang menawan murni anak-anak. Saat ini ia masih bermain-main dalam media kertas. Maka, layak ditunggu karya-karyanya dalam media kanvas, terutama kanvas ukuran besar seperti yang telah dilakukan oleh Prisha.
Sedangkan Alaric Virendra Setiawan, kelas 6 SD, menampilkan 6 karya lukis kaligrafi Arab dengan media cat akrilik di atas kanvas. Di luar penilaian tentang aturan khat, karya-karyanya cukup layak diperhatikan dengan bimbingan yang lebih intensif terutama upayanya untuk meloloskan diri dari jebakan kerajinan kaligrafi (craft), kemampuan tekniknya masih bisa terus dikembangkan.
“Selamat untuk 4 seniman cilik ini. Bakat mereka perlu terus mendapat perhatian dan dikawal secara baik agar bisa terus bertumbuh secara maksimal. Dan, upaya kolaborasi antara Sanggar DAUN yang saat ini telah berusia 20 tahun dan SD MUDIPAT patut diapresiasi demi terus bertumbuhnya seni rupa anak di Indonesia,” pungkas Arik. (sto)