SIDOARJO (RadarJatim.id) — Setelah resmi berubah status STKIP-PGRI (Sekolah Tinggi Perguruan dan Ilmu Pendidikan-Persatuan Guru Republik Indonesia) Kabupaten Sidoarjo menjadi Unipda (Universitas PGRI Delta Sidoarjo), terus melakukan gerakan sosialisasi. Seperti yang telah dilakukan oleh Fakultas Pendidikan Bahasa Inggris (FPBI).
Yaitu dengan menyamakan presepsi dan sinkronisasi antara Kaprodi, Dosen dan Mahasiswa serta sosialisasi program-program S1 PBI khususnya mahasiswa baru, yang dibuka langsung oleh Dekan FPBI Dr. Yulianto Sabat, M.Pd dengan didampingi Ka Prodi PBI Dr. Siti Aisyah, S.Pd M.Pd dan jajarannya, pada Selasa (17/9/2024) di Auditorium Unipda Sidoarjo.
Yuliyanto Sabat menjelaskan kalau sekarang ini memasuki tahun akademik baru 2025, waktu yang tepat untuk menyamakan presepsi antara Kaprodi Dosen dan Mahasiswa, termasuk melakukan sosialisasi terkait program-program di S1, terutama mahasiswa baru. Bahkan mahasiswa kami ada yang dari Jerman. “Sehingga mereka akan tahu akan kewajibannya sebagai mahasiswa, dan tugas-tugasnya seperti apa,” jelas Pak Sabat_sapaan akrabnya.
“Dengan harapan di awal tahun akademik ini mereka sudah bisa memahami untuk melakukan tugas-tugasnya. Karena programnya sudah jelas. Makanya kami juga menghadirkan mahasiswa senior agar lebih semangat untuk menyelesaikan studinya,” harapnya.
Ia tambahkan di tahun awal akademik ini kita sosialisasikan kalau kita ini sudah mengalami transformasi dari status STKIP menjadi Universitas, yang tentunya program manajemennya juga banyak mengalami perubahan.
“Jadi pada intinya kegiatan hari ini adalah menyamakan presepsi bahwa mahasiswa yang senior dan yang baru, termasuk masyarakat tahu akan status dan struktural kita sudah berubah,” tegas Pak Sabat.
Sementara itu, Ka Prodi PBI Siti Aisyah juga menambahkan bersamaan dengan perubahan status, kami menganalisa yang berpretasi itu mengumpul di satu angkatan saja. Padahal kami juga sudah menyebarkan informasi agar bisa merata, ternyata yang terjadi mereka itu eksklusifitasnya tinggi.
“Akhirnya kami mencari momen yang tepat untuk merekatkan mereka kembali, karena interaksi itu terkadang membuat ketidaksinkronan. Jadi butuh ada jembatan, ya jembatannya kami-kami ini yang memegang polese maker untuk menjembatani mereka agar tidak ada kesenjangan yang terlalu, dan semakin jauh,” jelas Bu Ais_sapaan sehari-harinya.(mad)