SURABAYA (RadarJatim.id) — Pasien klinik kecantikan acapkali dihadapkan pada aspek halal non halal untuk estetika kecantikan. Sampai sejauh mana batasannya ?
Keraguan pasien itu jadi bahan diskusi bertajuk “Estetika Medis dan Kehalalan Dalam Islam” oleh Gus Aan Anshori sebagai pemateri, dengan moderator Dr. Jaswin, di klinik Rejuva, Jl Mayjen Sungkono, Surabaya.
Klinik Rejuva adalah klinik utama yang menangani Pasien secara holistik untuk meningkatkan kualitas hidup secara positif.
Gus Aan menilai ada otoritas state dan otoritas keagamaan dalam menentukan halal dan non halal. ‘Otoritas keagamaan harus tunduk pada apa yang ada dalam regulasi di state itu sendiri,” kata Gus Aan yang mendalami hukum Islam di Pesantren Tebu Ireng, Jombang.
Halal, lanjutnya, telah dinyatakan lulus BPOM, dan mendapatkan label halal yang diterbitkan oleh MUI.
Dia menyitir surat Al Baqarah ayat 195 yang menyebutkan : wa la tulqu bi ay tikum ila tahlukah, yang berarti wahai Manusia, janganlah kamu jatuh ke dalam kerusakan terhadap dirimu.
“Itu adalah ayat sentral, betapa manusia itu diminta oleh penciptaNya supaya menjaga dirinya,” tegasnya. Bahkan Nabi Muhamad bersabda “antum a’lamu bi umuri dunyakum,” yang artinya engkau sekalian lebih mengetahui tentang urusan dunia.
Sehingga problem halal dan non halal, sepanjang itu lulus BPOM dan disertifikasi oleh MUI/Kemenag dengan label halal. Misalkan ada unsur babinya atau tidak, atau misalnya injeksi Botox yang menurut Fatwa MUI Nomor 21 Tahun 2020 tentang Suntik Botox untuk Kecantikan dan Perawatan menyatakan bahwa diperbolehkan asalkan menggunakan bahan yang 100% tidak mengandung babi termasuk proses pembuatannya.
Gus Aan juga menambahkan, kaedah fiqih yang mengatakan “addorurotu tubihul mahdurot” yang berarti kedaruratan itu menghalalkan apa yang dalam situasi normal dianggap haram. Dicontohkan seperti pasien emergency, dan siapa yang berwenang untuk menentukan situasi tersebut termasuk “emergency/extraordinary situation” ya dokter yang lebih paham.
Ada dua level dalam menentukan batasan, yang pertama adalah kandungan bahan treatment, dan yang kedua adalah keputusan.
Ditegaskannya, dalam Islam banyak doktrin-doktrin yang katakanlah kalau kita tidak cukup dewasa di dalam menyikapinya itu akan bersikap kontradiktif. Orang-orang yang ingin mempercantik dirinya, olahraga, dan lain sebagainya itu tidak bisa kemudian dihakimi telah melakukan pengubahan.
Menurutnya, tips bagi yang ingin melakukan treatment kecantikan adalah you need to make up your mind, bahwa apa yang ingin Anda lakukan adalah bagian dari syukur.
La in Syakartum Laazidannakum artinya adalah ‘Jika kalian bersyukur maka akan Aku (Allah SWT) tambahkan untuk kalian nikmat.
Disebutkannya, Allah menyukai keindahan. Karenanya, dia bersaran untuk meyakini bahwa Anda harus jadi diri sendiri dan jika Anda memilih untuk memperindah, mempercantik, melakukan sesuatu agar mengupgrade konfidensi, misalkan harus ke klinik kecantikan maka tidak ada hal yang secara syar’i yang dilanggar dan sebagaimana poin di dalam Al-Quran “jangan sampai kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kerusakan”.
Dicontohkan bila ada orang yang mungkin ingin mengupgrade bagian terpenting dari tubuhnya, mungkin karena dia terobsesi, kemudian dia tidak aware bahwa ini bisa mengancam jiwanya dan sebagainya, ini yang tidak diperbolehkan. Karena yang tahu tentang batas-batas ketubuhan seseorang, pertama adalah orang itu sendiri dan ahlinya.
Dia juga bersaran untuk memilih fasilitas kesehatan klinik atau rumah sakit yang rating/track record di publik itu bagus. “Jangan sembarangan. Di Rejuva Clinic juga ada mushola untuk teman-teman muslim yang mau sholat in the middle of treatment. Penting juga untuk mencari tau reputasi dokter siapa yang akan menangani dan melakukan treatment. “Perhatikan reputasi klinik tersebut. Pastikan juga keahlian dari dokter-dokter yang melakukan treatment tersebut,” papar Gus Aan.
Bagaimana kalau sedang puasa dan melakukan treatment ?
Menurutnya, yang terpenting adalah pertimbangan medis dulu, yang kedua adalah pertimbangan syar’i. Jadi tetap boleh melakukan treatment, selama itu dalam pengawasan dokter.
Dr. Jaswin menyimpulkan pada dasarnya treatment itu coba dicek dulu, ditanyakan ke dokternya langsung jika ingin tahu apa kandungannya, dan dokter sendiri juga harus memiliki hati nurani yang baik untuk mengarahkan pasien pada keputusan yang lebih tepat untuk treatment-treatmentnya, seperti yang diterapkan di Rejuva Clinic.
Dr. Jaswin sebagai moderator adalah satu satunya dokter Indonesia yang memiliki ijin praktek di India.
Ia memiliki spesialisasi Cosmetic Medicine yang tujuannya untuk meningkatkan Percaya diri Pasien lewat treatment yang satu-satunya di Indonesia yaitu Medi Spa yang memberikan treatment kenyamanan dan juga ada tindakan Medis yang dirancang khusus untuk setiap problematika kulit pasien, dalam bahasa kekinian adalah glowing skin, bebas acne dan flek hitam.(hum.mad)