SURABAYA (RadarJatim.id) – Siswa kelas 8 SMP SAIM Surabaya menggelar project based learning dengan tema keberlanjutan. Topik yang diangkat adalah pemanfaatan eceng gondok (Eichhornia crassipes) di wilayah sekitar Keputih. “Kita menamakan proyek keberlanjutan ini dengan nama Hyacinth Dish Soap Project,” ungkap Ustadzah Mita Laura, S.Pd. salah satu guru pembimbing proyek ini, Rabu (31/7) siang.
Maka para siswa pun diajak untuk melihat secara langsung berlimpahnya eceng-gondok yang tumbuh subur di sekitar sekolah. “Mereka menggali informasi mengenai dampak kelimpahan eceng gondok bagi lingkungan sekitar melalui wawancara dengan warga setempat,” terang Ustadzah Jihan Damayanti, S.Pd., yang turut mengawal proses observasi siswa ke area sekitar.
Selain itu, siswa juga aktif mencari informasi dari berbagai referensi mengenai manfaat kandungan zat aktif dalam daun eceng gondok. Tumbuhan ini mengandung beberapa zat aktif yang membuatnya cocok untuk dijadikan bahan sabun cuci piring, salah satunya adalah Saponin. Saponin adalah zat yang dapat membentuk busa saat bercampur dengan air. Ini membantu dalam mengangkat kotoran dan minyak dari permukaan piring dan peralatan makan.
Dalam langkah selanjutnya, siswa diajak membuat uji coba awal untuk membuat sabun cuci piring dengan memanfaatkan bahan aktif ekstrak daun eceng gondok. Proses ini dimulai dari pengumpulan daun eceng gondok, memotong kecil-kecil, pengeringan daun, membuatnya menjadi simplisia (bubuk), membuat ekstrak dengan metode maserasi, serta melakukan rotary evaporator di Laboratorium Universitas Muhammadiyah Surabaya untuk mendapatkan ekstraknya.
Menurut Ustadzah Aisyah Hasyim, M.Pd., setelah siswa mendapatkan ekstrak, tahapan selanjutnya melakukan ujicoba membuat sabun dengan bahan utama ekstrak daun eceng gondok, mengemas, hingga membuat labelnya.
Dengan terlibat dalam proyek ini, siswa SMP SAIM turut serta membantu mengurangi kelimpahan eceng gondok yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Selain itu, mereka belajar pentingnya pemanfaatan sumber daya alam secara bijak untuk keberlanjutan lingkungan.
Kepala SMP SAIM, Isna Maslikha, S.Pd., mengatakan bahwa proyek ini tidak hanya mendidik siswa tentang sains dan teknologi, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keberlanjutan dan tanggung jawab sosial dalam diri mereka.
SAIM, where innovation meets morality. (*)