GRESIK (RadarJatim.id) – Menko Perekonomian Airlangga Hartarto melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) ekspansi atau perluasan pabrik refinery mineral pertama di Indonesia, PT Smelting, di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Sabtu (19/2/2022).
Perluasan pabrik yang juga dihadiri Menteri Perindustrian Agus Gumiwang ini, menelan investasi sebesar Rp 3,2 triliun. Tujuannya, menggenjot kapasitas produksi menjadi 342 ribu hingga 350 ribu ton katoda tembaga per tahun atau naik sekitar 14-16 persen dari kapasitas sebelumnya.
“Kapasitas produksi saat ini mencapai 300 ribu ton katoda. Dengan adanya perluasan melalui investasi sebesar Rp3,2 triliun, diharapkan bisa menjadi 342 ribu hingga 350 ribu ton katoda tembaga per tahun,” kata Menko Airlangga.
Dengan ekspansi ini, lanjut Airlangga, kapasitas pengolahan konsentrat PT Smelting juga direncanakan akan mengalami peningkatan menjadi sebanyak 1,3 juta ton.
Proyek ekspansi PT Smelting yang keempat sejak tahun 1999 ini, juga akan menambah pabrik asam sulfat baru, menaikkan kapasitas beberapa peralatan di smelter, serta menambah jumlah sel elektrolisa di refinery. Peningkatan kapasitas dalam ekspansi tersebut membutuhkan Capex sebesar USD 231 juta dan direncanakan akan selesai pada September 2023.
“Dengan ekspansi di pabrik refinery mineral pertama di Indonesia ini, ada 3,3 juta ton konsentrat yang nantinya akan diolah, sehingga Gresik menjadi sentra dari hilirisasi tembaga. Ke depannya dengan renewable energi, electric vehicle dan solar panel seluruhnya membutuhkan tembaga. Oleh karena itu, hilirisasi produk turunannya perlu untuk terus didorong, terutama untuk kebutuhan memproduksi produk elektronik,” kata Menko Airlangga.
Ia mengatakan, perluasan ekspansi ini juga melengkapi apa yang sebelumnya diresmikan Presiden Jokowi, dengan kapasitas total serapan cover konstentrad 1 juta dan akan menjadi 1,3 juta di tempat ini, ditambah di kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik yang akan menambah menjadi 2 juta ton konsentrat per tahun.
Menurut Airlangga, saat ini Indonesia memiliki cadangan biji tembaga sebesar 3,1 miliar ton dengan tingkat produksi sebanyak 100 juta ton per tahun. Cadangan biji tembaga tersebut diperkirakan akan habis dalam 30 tahun apabila tidak ada tambahan cadangan baru. Karena itu, peningkatan nilai tambah biji tembaga sangat diperlukan, baik dengan pembangunan pabrik baru atau ekspansi pabrik yang ada untuk ekstraksi tembaga.
Ekspansi PT Smelting tidak hanya memenuhi kebutuhan produk di dalam negeri, seperti katoda tembaga untuk industri kawat/kabel, batangan tembaga (rod bar), industri kimia, serta produk samping berupa asam sulfat untuk bahan baku pabrik pupuk, serta copper slag dan gipsum sebagai bahan baku semen, namun PT Smelting juga mengekspor katoda tembaga dan tembaga telurida.
“Kekuatan industri copper di Indonesia akan terus ditingkatkan dan klaster yang ada di Gresik tentunya perlu terus didorong, sehingga Pak Bupati Gresik ini bisa juga menjadi Bupati Tembaga,” ujarnya.
Dalam rangkaian kegiatan groundbreaking perluasan pabrik tersebut, Airlangga juga menyaksikan penandatanganan Amandemen Perjanjian Kerja Sama Penyaluran Air Minum Curah SPAM Umbulan antara PT Air Bersih Jawa Timur (Perseroda) dengan Bupati Gresik. Selain itu, juga dilakukan pemberian santunan kepada anak yatim piatu, serta penanaman pohon di lokasi kegiatan. (rj2/sho)