SIDOARJO (RadarJatim.id) — Lulusan SMA/SMK sederajat yang sebelumnya dianggap sebagai penyumbang angka pengangguran paling dominan. Nampaknya tidak berlaku lagi untuk wilayah Sidoarjo.
Terbukti Pemkab Sidoarjo melalui data dari Disnaker Sidoarjo berhasil menurunkan TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) pada 2024 dengan sangat signifikan persentasenya dari tahun ketahun. Tahun 2021 sekitar 10,87 persen, di tahun 2024 turun hingga 6,49 persen.
Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja Sidoarjo, Ainun Amalia, S.Sos yang paling banyak terserap adalah tenaga kerja lulusan SMA sederajat. Itu terlihat dari penurunan yang cukup tinggi dari TPT lulusan SMA. Dari 11,10 persen turun 5,00 persen menjadi 6,09 pesen. Adapun TPT lulusan perguruan tinggi relatif tetap dari tahun 2023, yaitu sekitar 7,68 persen.
Keberhasilan menurunkan TPT itu merupakan buah kolaborasi yang bagus. Baik antara Dinas Tenaga Kerja Sidoarjo dengan perangkat daerah (OPD) lain maupun dengan stakeholder lainnya. Yakni dengan mengedukasi tenaga kerja Sidoarjo agar mengubah pola pikir (mindset). Bahwa bekerja itu tidak lagi identik dengan meja kerja, laptop, atau aktivitas di dalam gedung saja.
“Bekerja adalah bagaimana mereka menjadi wirausaha (entrepreneur) dan mengembangkan usaha sesuai potensi masing-masing dirinya. Bahkan, potensi itu dikembangkan untuk membuka lapangan kerja bagi orang lain,” jelas Ainun Amalia, pada (15/4/2025).
Selain kolaborasi dengan OPD, Disnaker Sidoarjo juga konsisten membuka job fair secara online maupun off-line. Job fair itu dilakukan secara konsisten. Sesuai dengan petunjuk teknis dari Kementerian Ketenagakerjaan RI. ”Job fair ini mendekatkan kesempatan kerja dengan pencari kerja,” ungkapnya.
“Terobosan penyelenggaraan job fair dilakukan bekerja sama dengan sekolah-sekolah menengah kejuruan (SMK). Baik sekolah negeri maupun swasta. SMK-SMK di Sidoarjo juga membuka peluang kerja dalam sekup kecil. Job fair-job fair di tingkat SMK,” katanya.
Hasil evaluasi Disnaker Sidoarjo menyebutkan peran SMK-SMK itu ternyata cukup signifikan. Terbukti, perusahaan yang ikut rekrutmen merupakan mitra SMK itu sendiri. “Hasilnya lebih efektif,” jelas Ainun.
“Jadi, perusahaan yang membuka lapangan kerja sudah memahami calon pekerja yang direkrut. Perusahaan lebih paham psikologis lulusan SMK itu. Saat verifikasi dan wawancara, sudah ada ikatan emosional. Sehingga mereka tidak akan salah saat memilih tenaga kerja yang berkualitas sesuai dengan yang dibutuhkan,” pungkas Ainun Amalia.(mad)