Oleh-oleh Dari Simposium Nasional Guru Sejarah se Indonesia
Oleh: Luluk Masruroh, M.Pd
Menjadi salah satu peserta Simposium Nasional Guru Sejarah se Indonesia ke VI, pada tanggal 17 hingga 20 Oktober 2024, yang diselenggarakan oleh Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) berkerja sama dengan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Dirjen GTK Kemendikbud dan Balai Cagar Budaya Kota Jambi, sungguh sangat luar biasa.
Sangat berkesan karena sebelumnya ada seleksi artikel untuk peserta yang mengikuti kegiatan Simposium. Prosesi pembukaan dilakukan langsung oleh Gubenur Jambi Dr. H. Al Haris, S.Sos MH dan penutupannya dengan Undangan Jamuan makan malam di Rumdin Gubenur Jambi.
“Alhamdulillah mendapat Undangan Jamuan makan malam dari Gubernur Jambi. Dalam kesempatan ini saya juga mendapat banyak kawan dari seluruh Indonesia. Karena pesertanya memang dari seluruh Indonesia”.
Manfaat kegiatan tersebut juga sangat luar biasa tak terduga, kita diajak, atau dapat melihat langsung situs-situs sejarah yang akan kami bawa pulang ke Sidoarjo, nantinya langsung kita tularkan, kita jelaskan kepada siswa. Tidak hanya melihat buku pelajaran, namun juga mendapatkan cerita dari orang yang telah berkunjung langsung.
Diantara yang dikunjungi adalah, Madrasah Nulul Iman (1915), Ponpes Nurul Iman Ulu Gendong Kota Jambi, Komplek Candi Muaro Jambi, Langgar Putih didirikan 1818 M. Sebagai sarana pengajaran Islam, belajar dan Al-Qur’an serta kitab kuning.
Ponpes Nurul Iman pada tahun 1970 mulai membuka pendidikan setiap jenjang pendidikan yang dipimpin oleh kepala-kepala. Pendidikan Nurul Iman mengikuti kurikulum yang disesuaikan dengan pendidikan 2 dari SKB 3 Mentri pada tahun 1980.
Mulanya, tahun 1915 mewujudkan program dengan mendirikan pesantren yang terdiri dari tiang dari bambu (bulu), yang pertama baca tulis dan baca Alquran. Kemudian guru yang mengajar H. Abdus Shomad (pengulu), yang melalukan pendekatan dengan Belanda, sehingga disetujuilah pendirian pesantren .
Syaayid Abdurahman dari Palembang yang bertindak sebagai kepanjangan tangan Belanda untuk mengawasi berdirinya pesantren. Ponpes ini terus berkembang dari masa ke masa hingga saat ini.
Melihat situasi sosial pesantren sangat menjaga toleransi beragama. Tidak ada konflik antar agama. Era Orde Baru kebijakan pemerintah yang melarang aktivitas Madrasah Nurul Iman. Sistem pendidikan yang mengikuti perkembangan jaman dan struktur masyarakat.
Organisasi Syamaratul Islam oleh Belanda 10 November 1915. 1 Dzulhijjah 1133 H. Organisasi Smaratul Islam mempunyai program dan tujuan untuk masyarakat dalam mengkoordinir masalah sosial seperti kesehatan, pendidikan dan yang lain.
Melalui organisasi ini merintis berdirinya Ponpes Nurul Iman ketiga. Saadatul Darem. Nurul Islam Tanjung Pasir. Secara kerukunan dua kegiatan program dalam membuka perkebunan yang hasilnya digunakan untuk masyarakat sekitarnya. Juga untuk pesantren serta memakmurkan masjid, Surau dan tanah wakaf hingga rumah sakit.
Kyai yang memimpin merupakan santri di Ponpes Nurul Iman 1969 M, Tuan Guru H. Syehan Barakbah kemudian berkembang menjadi sebuah pondok pesantren. Pesantren Nurul Iman didirikan tahun 1915 M. Bangunan kayunya hingga sekarang masih kokoh dan tidak lapuk oleh waktu.
Kegiatan ini juga membanggakan karena ada seminar Internasional, yang Narsumnya dari Jakarta, Malaysia dan Singapura.*)
*) Penulis adalah guru sejarah SMA Negeri 4 Sidoarjo