SURABAYA (radarjatim.id) – Walikota Surabaya Tri Rismaharini memastikan, Kota Surabaya sudah siap menyelenggarakan ajang pertemuan negara-negara International UN Habitat Day yang dibuka Senin (5/10/2020) petang di halaman Balai Kota. Acara ini akan diikuti secara fisik oleh delegasi tujuh negara dan 193 negara lainnya lewat virtual.
“Sebetulnya kalo tidak ada pandemi, tamu datang dari seluruh dunia. Tapi kali ini hanya diikuti oleh negara yang akan menerima penghargaan saja,” kata Risma.
Risma mengutarakan, acara tersebut juga akan dibuka oleh pidato sambutan dari Presiden RI Joko Widodo dan Sekjen PBB Antonio Guterres yang dimulai pada Senin petang.
“Acaranya Senin jam 6 petang, karena kita menyocokkan waktu di luar negeri. Senin welcome dinner sekaligus malam puncak penghargaan. Selasa (6/10/2020) siang kita koneksi dengan 193 negara anggota PBB yang akan ikut dalam seminar (virtual). Pesertanya 800-an mengikuti acara seminar Selasa siang sampai sore,” ujar Risma.
Terkait pemilihan tuan rumah ini, Risma mengungkapkan, Surabaya dinilai sebagai kota yang layak. Kota Pahlawan ini menyisihkan 5 oota di dunia yang ikut dalam bidding atau penawaran untuk menjadi tuan rumah UN Habitat Day.
“Pemilihan itu ditawarkan ke beberapa kota. Saat kita mulai 2019, juga ikut bidding ada 5 kota. Alhamdulillah kita menang, kita jadi tuan rumah UN habitat day. Ini kayaknya ada kaitannya keberhasilan kita dalam Scroll of Honour,” terang Risma.
Menurut Risma, prestasi yang diraih Surabaya sebelumnya dalam penanganan lingkungan dan perekonomian, yakni penghargaan Scroll of Honour menjadi salah satu pertimbangan terpilihnya Surabaya.
“Jadi tahun 2018, waktu itu peringatan Hari Habitat Dunia di Nairobi, Kenya. Surabaya berhasil dianugerahi penghargaan atas kebijakan tata kota yang inklusif. Sehingga tidak ada lagi penduduk berpendapatan rendah yang merasa tertinggal,” kisah dia dengan bangga.
Risma mengaku, kesempatan ini menjadi tantangan berarti bagi Surabaya. Pasalnya, penyelenggaraan acara berbarengan dengan penerapan protokol kesehatan di tengah pandemi. Karena itu, penyelenggarannya dituntut memiliki inovasi yang menarik, sehingga lewat tampilan virtual acara tetap memikat bagi delegasi negara yang menyaksikan lewat layar audiovisual.
“Tantangannya gimana membuat acara ini menarik, saya minta beberapa ahli kameramen yang bisa berikan tampilan bagus dan suasana Surabaya yang menarik. Kita nggak mau kecolongan momen, sehingga mereka kelak tertarik secara fisik datang ke Surabaya. Dinkominfo juga kita minta jaringan kuat dan stabil,” urainya.
Nantinya, kepada para tamu, Risma akan mengajak mereka untuk mengunjungi kampung-kampung lawas dan kampung yang mengelola sampah. Tamu akan diajak menaiki Suroboyo Bus yang menggunakan tarif dengan botol plastik dan ditutup parade seni.
“Mari kita tunjukkan Surabaya benar-benar ramah bagi mereka, karena persaingan kota-kota apalagi di dunia saat ini sangat ketat,” ujar Risma.
Dua Negara Hadir
Sebenarnya, lima negara penerima penghargaan diagendakan hadir secara fisik dalam even ini. Namun hanya dua yang sudah memastikan datang, yakni Meksiko dan Uganda.
“Karena kondisi negara yang masih lockdown dan keterbatasan penerbangan, Nepal, Colombia, dan Malaysia tidak hadir. Wakil Meksiko dan Uganda sudah datang,” imbuh Risma.
Risma membeberkan, Uganda berhasil memenangi penghargaan lewat program sebuah NGO di sana yang mempekerjakaan 1 juta orang pemuda, yang mengembangkan usaha menggunakan limbah botol plastik untuk dibuat hunian rumah.
Sedangkan Meksiko juga sukses mengembangkan rumah ramah lingkungan bisa mengurangi 1,9 juta ton karbondioksida dalam 200 proyek.
“Pada intinya, semua yang dapat pengharagaan adalah mereka yang bergerak di bidang perbaikan untuk iklim dunia. Negarap-negara pemenang yang tidak bisa hadir akan diwakili duta besar masing-masing. Mereka tetap terhubung dengan kita lewat virtual,” pungkas Risma. (Phaksy/Red)