GRESIK (RadarJatim.id) — Pemerintah Kabupaten Gresik, Jawa Timur diminta lebih serius untuk menangani banjir akibat luapan Kali Lamong dan tak menjadikannya hanya sebagai alat propaganda politik. Hal itu karena pada musim penghujan, potensi terjadinya banjir lebih besar di beberapa kecamatan yang dilewati anak sungai Bengawan Solo itu masih terbuka.
“Tunjukkan kepada mayarakat, bahwa Pemda Gresik sudah maksimal dalam menangani banjir Kali Lamong yang selalu terjadi saat hujan turun. Mayarakat berharap ada langkah-langkah konkret yang lebih serius. Dan, sekarang ini kan tahun politik, jangan sampai ada kesan banjir Kali Lamong ini jadi agenda propaganda politik,” ujar Ketua Organisasi Kemasyarakatan (Orkemas) Informasi Dari Rakyat (IDR), Choirul Anam, Sabtu (9/12/2023.
Respon keras itu menyusul kembali dilandanya banjir di 8 desa di 2 kecamatan di Gresik, yakni Kecamatan Balongpanggang dan Benjeng, Jumat (8/12/2023). Dari 8 desa terdampak banjir itu, 5 desa berada di Kecamatan Balongpanggang, yakni Desa Dapet, Sekarputih, Banjaragung, Karangsemanding, dan Wotansari. Sementara 3 desa lainnya masuk wilayah Kecamatan Benjeng, yaitu Desa Lundo, Sedapur Klagen, dan Bengkelolor.
Cak Anam, sapaan akrab Choirul Anam, memaklumi, bahwa banjir akibat luapan Kali Lamong tidak cukup hanya menyerahkan beban penangangannya kepada Pemkab Gresik. Sebab, aliran sungai tersebut –dan selalu terjadi banjir pada musim penghujan– melintasi 3 daerah lainnya yang berbatasan dengan Kabupaten Gresik. Ketiganya adalah Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Lamongan, dan Kota Surabaya.
Karena itu, lanjutnya, lakukan koordinasi yang intensif dengan ketiga daerah tersebut untuk menemukan solusi konkret yang permanen, sehingga banjir tidak terus terjadi. Selain itu, peran aktif Pemkab Gresik perlu terus dilakukan dengan mendesak pemerintah pusat untuk terlibat lebih serius dalam mengatasi banjir laten Kali Lamong ini.
Pasalnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik memiliki keterbatasan kewenangan terkait penanganan banjir Kali Lamong. Kali Lamong yang memiliki 34 anak sungai dan berkapasitas maksimal sungai utama ± 250 m3/detik dengan debit saat musim penghujan dapat mencapai >700 m3/detik itu, penanganannya di bawah wewenang Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik Indonesia.
“Meski begitu, kita tidak bisa berpangku tangan njagakno belas kasihan pemerintah pusat, tapi harus proaktif. Kalau perlu, limpahkan sepenuhnya kewenangan penanganan banjir Kali Lamong kepada Pemda Gresik sehingga bisa maksimal, tidak saling lempar tanggung jawab atau saling tunggu,” ujar Cak Anam.
Beberapa warga di Balongpanggang dan Benjeng menuturkan, banjir datangnya pada dini hari, sekitar pukul 01.00 WIB. Warga semula tidak mengira, bahwa hujan itu sampai berakibat pada banjir di wilayahnya, karena belum benar-benar memasuki musim penghujan.
“Banjir pertama kali masuk ke desa kami sekitar jam 1 dini hari. Tambah lama kok tambah besar airnya. Warga lalu pada keluar untuk berjaga-jaga,” kata Puryadi, warga Benjeng.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gresik, Darmawan, saat memantau perkembangan banjir di Kecamatan Benjeng, mengimbau agar masyarakat tetap waspada. Pesan khusus juga disampaikan kepada para kepada kepala desa yang terdampak, untuk mengajak warganya, khususnya anak-anak, untuk menjaga keselamatan.
“Para Kades yang desanya kena banjir harus siaga 24 jam untuk mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan dan harus segera melakukan persiapan evakuasi apabila diperlukan dan yang juga penting, selalu berkoordinasi dengan BPBD,” ujar Darmawan.
Camat Balongpanggang, Amri, menjelaskan, air mulai naik sekitar pukul 00.30 WIB di jembatan Brak Desa Ngampel.
“Curah hujan yang lebat, mencapai 60 mm – 63 mm di Semampir dan Sembung, menyebabkan sungai Kali Lamong meluap. Saat ini, lima desa di Balongpanggang bagian Selatan terendam, termasuk Desa Dapet, Sekarputih, Banjaragung, Karangsemanding, dan Wotansari,” papar Amri.
Amri menyampaikan harapannya agar banjir segera surut dan terkendali, mengingat debet air sudah sedikit menurun dan ketinggian muka air di jembatan Brak mengalami penurunan sekitar 20 cm. (sto/maz)