SIDOARJO (Radarjatim.id) — Ribuan orang berbondong-bondong menuju Auditorium Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida). Tidak hanya peserta, tapi juga semua guru dari seluruh sekolah Muhammadiyah di Kabupaten Sidoarjo untuk mengikuti pembukaan Musyawarah Daerah (Musyda) ke-11 Kabupaten Sidoarjo, Ahad (5/3/2023) pagi.
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali SIP bangga mengenakan batik khusus Muhammadiyah Kabupaten Sidoarjo dalam agenda ini. Batik hitam bermotif perak dan terdapat logo Muhammadiyah.
“Bapak ibu yang kami banggakan, atas nama pribadi kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada panitia yang sudah mengundang kami. Termasuk panitia yang sudah memberi baju yang indah bagi kami,” katanya dengan menunjuk batik yang dikenakakannya dalam agenda itu.
Gus Muhdlor_ sapaannya- berpesan, untuk teman-teman dari NU dan sebagainya jangan pernah tersinggung kalau Bupatinya kok pakai baju Muhammadiyah. Karena suatu saat ini bisa saja pakai baju LDII dan sebagainya, dan jangan sampai dipelintir oleh teman-teman di lapangan.
“Engkok onok sing lapor abahku (nanti ada yang lapor bapak saya), Kyai anak sampiyan dadi Muhammadiyah. Wah duh, bisa kacau nanti. Bisa dibayangkan itu bagaimana,” pesannya yang disambut gerr semua peserta yang hadir.
Tetapi, lanjutnya, harus digaris bawahi dan selalu saya sampaikan disetiap tempat. Kalau sudah jadi bupati, maka bukan jadi bupati satu ormas tertentu, bukan menjadi bupati partai tertentu, bukan hanya bupati satu agama tertentu.
“Tetapi harus menjadi bupati untuk semua warga Sidoarjo. Semuanya layak mendapatkan perhatian dari bupati yang harus adil. Adil tidak harus sama, adil tidak harus setara. Tapi adil itu sesuai dengan porsinya masing-masing. Dan kami harus terus merealisasikan itu untuk teman-teman dari Muhammadiyah,” ungkapnya.
Peran Muhammadiyah di Sidoarjo
Gus Muhdlor Mengungkapkan, salah satu cita-cita di Kabupaten Sidoarjo menciptakan Kabupaten yang secara politik partisipatif ini ada bisa terealisasi.
“Jujur kami terharu acara 1 Abad NU Kemarin, Muhammadiyah termasuk salah satu yang punya kontribusi besar atas suksesnya acara itu. Ini indah sekali,” ungkapnya.
Yang Kristen, yang Hindu yang Muhammadiyah, LDII dan sebagainya memahami bahwa hajat ini bukan hajatnya NU saja. Tapi hajatnya Sidoarjo, dan Sidoarjo harus menjadi tuan rumah yang baik karena salah satu ciri penghuni surga adalah memulyakan tamu, memulyakan tetangganya.
Saya yakin, lanjut Dia, kalau politik partisipatif di Kabupaten Sidoarjo berjalan dengan baik. Derap langkah Bupati dengan semua stakeholdernya mulai dari Kepala Dinas, Camat, Kepala Desa, Ormas dan sebagainya satu derap langkah.
“Satu melangkah kanan, dan ikut langkah kanan semua, maka saya yakin kemajuan yang diimpikan sidoarjo akan lebih cepat terealisasi,” katanya.
Musyda Bagian dari Sunnatullah
Putra Kyai NU Sidoarjo ini juga mengungkapkan bahwa urusan Musyda seperti ini adalah urusan Sunnatullah. Bahwa kita ini selalu dinamis banyak perubahan, pergantian, regenerasi, dan yang terpenting didalam setiap pergantian dan perubahan itu selalu menuntunt adabtasi dan inovasi. Maka rumusnya bahwa, bukan hanya orangnya saja yang kemudian Sunnatullah yang berganti, tetapi inovasinya harus lebih lagi. karena inovasi itu adalah Sunnatullah yang ada didalamnya itu.
“Sehingga saya harapkan, siapapun ketuanya nanti yang jadi, harus melebihi prestasi PDM hari ini. Kalau tadi disampaikan bahwa secara transparansi PDM Sidoarjo menjadi satu-satunya se-Indonesia yang sudah pakai Akuntan publik, maka kedepan transparansinya harus lebih dari ini, pungkasnya.(mad)
Penulis: Emil Mukhtar Efendi- Pemuda Muhammadiyah Sidoarjo.