Oleh : Silvana Hari Kustianingsih
Mahkota Politik adalah simbol otoritas, kedaulatan, dan kepemimpinan yang kuat. Secara tradisional, mahkota
dikenakan oleh raja dan dewa. Namun, jika mendengar istilah “Mahkota Politik” kita akan memahami apa yang dimaksud dengan mahkota politik, serta bagaimana cara kita menyikapi hal tersebut.
Buku “Demokrasi dan Mahkota Politik (Catatan Reflektif Kebangsaan)” merupakan kumpulan esai yang menggambarkan kemajuan demokrasi
Indonesia selama 15 tahun terakhir. Penulisnya, Ahmad Sahide. mengumpulkan esai-esai yang mencerminkan dinamika demokrasi dan kebangsaan di Indonesia dari tahun 2005 hingga 2013. Buku ini membahas tokoh-tokoh penting di Indonesia.
Politik dan jabatan satu kesatuan yang memang menarik untuk diperbincangkan, terlebih masyarakat modern yang semua melek literasi dan teknologi digital, berita apapun telah menjadi konsumsi public dari selebritis, pejabat public sampai viralnya dunia pertiktokan. Bahkan kursi jabatan belum di syah didapatkan sudah menjadi perbincangan hangat dan prediksi masyarakat siapa yang yang akan mendudukinya.
Kursi jabatan, terutama kursi pimpinan, memiliki peran penting dalam lingkungan kerja atau lingkungan politik dan public. Kursi jabatan mempunyai nama-nama tersendiri, satu kursi panas yang penuh tanggung jawab antara ibadah, Amanah, syuga dan neraka ironis bukan? Dalam perspektif Islam, perebutan jabatan di dunia selalu memicu persaingan tidak sehat karena jabatan terbatas. Misalnya, hanya ada satu kursi presiden, gubernur, bupati, walikota, camat, dan kepala desa.
Namun masih adakah kursi jabatan yang tidak diperebutkan? Tentu tidak, semua kursi jabatan pasti ada persaingan ketat yang merebutkan kedudukannya. Masyarakat yang ikut andil bagian teratas dan terpenting sangat pandai dan jelih dalam
menilainya. Tentunya yang diinginkan masyarakat adalah pemimpin yang baik, baik dalam ahlaknya dan juga
kepemimpinannya. Saat pemimpin mampu membuktikan kemampuannya yang nyata sesuai dengan janji – janjinya, tentu akan memudarkan spekulasi rakyat bahwa pejabat takut melarat. Dan hanya akan menghabiskan uang rakyat. Spekulasi itu tidak benar, tidak mendasar dengan kenyataan. Lihat saja pada kepemimpinan Anies Rasyid Baswedan memiliki rekam jejak kepemimpinan yang mencakup masa kecil hingga saat ini. Ia dikenal sebagai sosok yang memiliki integritas, amanah, cerdas, dan berani. kepemimpinannya selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Kesadaran dan pemahaman tentang masalah yang dihadapi rakyat, membuat Anies dekat dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Baru pertama kali terjadi di jakarta, seorang gubernur dilepaskan oleh puluhan ribu rakyat Jakarta yang secara spontanitas dan swakarsa mendatangi balai kota di hari terakhirnya bertugas. Di akhir masa jabatannya, 84% rakyat Jakarta menyatakan sangat puas atas kepemimpinannya. Sebuah rekor di jakarta, angka kepuasan yang amat tinggi. Padahal publik Jakarta itu kritis dan tidak mudah puas. Anies disebut merakyat karena komitmen nyata membela rakyat sejak dalam pikiran hingga kebijakan, bukan sebatas pencitraan di depan media.
Gaya Kepemimpinan Demokratis, Anies mengombinasikan analisis pribadi dengan saran dari bawahan dan masyarakat. Produk kebijakan yang difokuskan pada hajat hidup masyarakat, termasuk upaya mencegah kemacetan dan banjir. Pak Anis memudarkan spekulasi rakyat bahwa tidak semua pemimpin itu mempunyai citra dan akhir kepemimpinannya
yang buruk. Kepemimpinan bukan keistimewaan, tetapi tanggung jawab. Ia bukan fasilitas tetapi pengorbanan. Ia juga bukan leha-leha, tetapi kerja keras. Ia juga bukan kesewenang-wenangan bertindak, tetapi kesewenangan melayani. Selanjutnya kepemimpinan adalah keteladanan berbuat dan kepeloporan bertindak.
Substansi kepemimpinan dalam perspektif Islam merupakan sebuah amanat yang harus diberikan kepada
orang yang benar-benar “ahli”, berkualitas dan memiliki tanggung jawab yang jelas dan benar serta adil, jujur dan bermoral baik. Semoga jabatan yang dimanahkan pada seluruh pejabat negara selalu Amanah, jujur dan
bijaksana untuk Indonesia tercinta. *
Mahasiswa Administrasi Publik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
CATATAN: Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis