Oleh: Moh. Husen*
Slogan netizen no viral no justice sepertinya tidak berlaku bagi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Suratno. Beliau tak perlu menunggu sebuah persoalan harus meledak alias viral terlebih dahulu di jagat media sosial seperti TikTok, Instagram atau Facebook, baru ada respon dan tindakan.
Saya menyebut, komunikasi yang baik dan lancar akan membantu mengharumkan dunia pendidikan, khususnya di Kabupaten Banyuwangi. Dan Pak Ratno membuktikan itu. Beliau di sela-sela sibuk ber-acara, menyempatkan diri untuk menanggapi atau membalas informasi yang masuk melalui ponselnya.
Tentu ini patut dicontoh oleh salah seorang Plt Kepala Sekolah di SMP Negeri yang merespon sangat lamban dan lama lebih dari 24 jam usulan via chat WhatsApp dari wali murid agar menerapkan kembali kebijakan mewajibkan wali kelas untuk melakukan home visit seperti pada tahun sebelumnya.
Namanya saja usulan. Diterima atau ditolak, tidak apa-apa. Tapi japri usulan tersebut harus dibalas. Bukan dibiarkan dan cenderung diabaikan dengan dalih tidak kenal. Padahal yang usul jelas menyebutkan nama, alamat dan wali murid kelas berapa, sehingga kepala sekolah bisa cek nama itu melalui wali kelas.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat mendatangi peresmian Los Pasar Rogojampi mendorong pedagang pasar untuk memanfaatkan teknologi. Apalagi kepala sekolah negeri. Kalau sampai abai terhadap teknologi dan setiap persoalan harus bertemu di sekolah, tentu tertinggal sangat jauh dari anjuran Pemkab untuk memanfaatkan teknologi.
Para pejabat yang meremehkan, tidak segera merespon informasi permasalahan yang masuk melalui ponselnya dan masih berfikir jadul mengenai setiap hal harus menunggu tatap muka baru dianggap elok, akan memicu adanya persoalan yang mestinya sederhana, menjadi heboh, ramai dan viral karena percepatan teknologi memang sangat mendukung itu.
Bahwa ada persoalan yang perlu dibahas melalui rapat atau bertemu langsung, memang iya. Tapi harus disampaikan, bukan pesan WhatsApp tidak dibalas sama sekali. Dan mohon jangan menuduh bahwa penanya dipastikan tidak akan faham jika dibahas via WA. Dilihat dulu respon dan cara menjawabnya. Bila terlihat mulai gagal faham, baru dianjurkan silaturahmi.
Sekali lagi secara pribadi, saya perlu apresiasi serta angkat topi tinggi-tinggi meskipun ternyata tidak ada topinya, atas fast response Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi ini. Saya tidak tahu apakah setelah membaca tulisan ini Pak Ratno akan tertawa terpingkal-pingkal sambil mbatin: “Husen iku onok-onok ae, hehehehe…” (*)
Banyuwangi, 23 Desember 2024
*Catatan kultural jurnalis Radar Jatim.id. Tinggal di Banyuwangi, Jawa Timur.