SURABAYA (RadarJatim.id) — Pernikahan dini merupakan salah faktor terjadinya peningkatan kasus stunting. Agar kondisi tersebut tidak terjadi pihak pemerintah pusat terus turun untuk melakukan pencegahan, seperti yang telah dilakukan di SMA 17 Agustus 1945 Jl. Semolowaru 45 Surabaya, pada (3/5/2024) pagi.
Melalui program BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) kegiatan Sosialisasi KEI (Komunikasi Informasi dan Edukasi) Bangga Kencana Bersama Mitra Komisi IX DPR RI untuk mengedukasi tentang pencegahan stunting, salah diantaranya adalah pernikahan dini.
Dibuka langsung oleh Anggota Komisi IX DPR RI Dr. Arzeti Bilbina, M.A.P dengan menghadirkan pemateri Perwakilan BKKBN Pusat Soetriningsih selaku Direktur KEI BKKBN Pusat, Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur Taufik Daryanto, dan OPD KB Kota Surabaya Nurul Habibah, dengan peserta para siswa SMA 17 Agustus 1945 Surabaya.
Menurut Arzeti, penyebab turunnya angka stunting adalah belum adanya kesadaran ibu-ibu untuk melakukan inisiasi dini. Memberikan ASI eksklusif minimal 6 bulan tanpa ditambahkan makanan yang lain. Jadi selama 6 bulan, bayi harus murni diberi ASI saja. “Yang tidak kalah pentingnya lagi adalah mencegah dan menginformasikan agar tidak melakukan pernikahan dini. Makanya dalam prosesi pernikahan untuk langkah pertama yang harus disiapkan adalah mempersiapkan fisik, reproduksi dan kesehatannya. Khususnya bagi si perempuan,” jelas Politisi PKB ini.

Menurut Soetriningsih selaku Direktur KEI BKKBN Pusat menjelaskan kalau pernikahan dini nantinya akan lebih menjadi beban ibu dan bayinya. Karena usia ibu saat hamil dapat menentukan kondisi janin yang akan dilahirkannya.
Ia terangkan kalau wanita yang hamil pada usia kurang dari 20 tahun memiliki peluang 2 kali lebih berisiko untuk melahirkan anak dengan kondisi stunting. “Pertumbuhannya masih berlangsung dan masih membutuhkan nutrisi yang banyak sehingga terjadi persaingan/kompetisi nutrisi dengan bayi dalam kandungan,” jelasnya.
Jadi stunting juga sangat bisa dipengaruhi oleh kondisi kedua orang tuanya. Makanya, sebagai calon pasangan, kondisi saat remaja berpengaruh pada lahirnya bayi stunting. “Sehingga perlu mendapatkan penguatan pemahaman, kesadaran, dan perilaku yang positif. Memiliki status gizi dan kesehatan yang ideal yang dapat dilihat dari IMT dan LiLA serta kondisi anemia,” terangnya.(hum.mad)