SURABAYA (RadarJatim.id) — Walaupun kondisi stunting untuk wilayah Surabaya sudah memasuki angka terendah di Indonesia, kisaran 4,8 persen. Namun pemerintah tidak mau lengah dengan kondisi tersebut.
Sehingga pihak BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) pusat terus melakukan Sosialisasi KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja Komisi IX DPR RI.
Sebuah program percepatan penurunan angka stunting. Seperti yang telah disosialisasikan kepada 210 warga Putat Jaya Surabaya. Diantaranya adalah para Kader KB, Kader jentik serta ibu-ibu rumah tangga yang memiliki anak-anak remaja jelang nikah, pada (23/9/2023) di Balai RW 13 Putat Jaya Surabaya.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Anggota Komisi IX DPR RI Dr. Arzeti Milbina, M.A.P sebagai pembuka acara, juga Direktur Advokasi dan Hubungan Antar Lembaga BKKBN Wahidah P. S.Sos M.Si, Waluyo Ajeng Lukitowati, St. MM selaku Pembina Program Bidang KB BKKBN Jawa Timur dan Nurul Habibah Umar, S St M. MPDN selaku Penata Kependudukan dan KB dari OPD KB Surabaya serta Ernes Tegolelono selaku Ketua RW 13 Putat Jaya Surabaya.
Seperti biasanya, Arzeti Bilbina sebagai politisi PKB selalu menjelaskan kepada para peserta penyebab turunnya angka stunting. Diantaranya belum adanya kesadaran ibu-ibu untuk melakukan inisiasi dini. Yaitu memberikan ASI eksklusif minimal 6 bulan tanpa ditambahkan makanan yang lain. “Jadi selama 6 bulan, bayi harus murni diberi ASI saja. Setelah 6 bulan bisa ditambah asupan yang lain, dengan begitu kelahiran anak-anak tidak akan terjadi stunting,” jelasnya.
“Yang tidak kalah pentingnya lagi adalah mencegah dan menginformasikan agar tidak melakukan pernikahan dini. Oleh karena itu, dalam prosesi pernikahan untuk langkah pertama yang harus disiapkan adalah mempersiapkan fisik, reproduksi dan kesehatannya. Khususnya bagi si perempuan harus melakukan cek kesehatannya terlebih dahulu,” jelas Politisi PKB Dapil I Jatim ini.
Ditambahkan pula oleh Waluyo Ajeng Lukitowati bahwa foktor sanitasi juga mempengaruhi terhadap naiknya angka stunting, juga masih adanya masalah nikah muda, atau yang lebih dikenal dengan pernikahan dini. Karena pernikahan dini remaja putri yang usianya kurang 21 tahun akan mengalami kesulitan waktu melahirkan, sehingga akan berpengaruh terhadap stunting.
“Tidak kalah pentingnya adalah memperhatikan 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan), serta memberikan asupan gizi yang baik usai melahirkan,” jelasnya.(mad)