GRESIK (RadarJatim.id) — Hujan yang mengguyur kawasan kota Gresik dan sekitarnya sejak sore hari, tak menyurutkan langkah ratusan jamaah untuk mengikuti kajian pada peringatan Isro’ Mi’roj di Masjid Baitul Amin di Perumahan GKGA Kedanyang, Kebomas, Gresik, Kamis (2/2/2023) malam. Jamaah yang memadati ruang utama dan meluber hingga serambi masjid itu dengan hidmat mengikuti rangkaian acara yang digelar mulai pukul 18.30 hingga usai sekitar pukul 22.15 WIB.
Peringatan Isro’ Mi’roj yang terselenggara atas kerja sama Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Masjid Baitul Amin dengan Taman Sholaya itu menghadirkan dua penceramah sekaligus, yakni KH Toha Ichsan dari Jombang dan KH M. Sya’dulloh dari Gresik.
KH Toha Ichsan, dalam tausyiyah-nya mengingatkan, keutamaan bulan Rajab. Diharapkan, setiap Muslim menjadikan momentum datangnya bulan Rajab sebagai sarana untuk melakukan dan meningkatkan amal kebajikan, di antaranya dengan menjalani puasa sunnah dan mengekang hawa nafsu atau tirakat.
Mengukit pesan bijak para ulama sepuh yang lazim diterapkan terhadap para santri di pondok-pondok pesantren, dalam laku tirakat sebaiknya menghindari makan makanan yang bersumber dari makhluk yang bernyawa (hewan). Pasalnya, sumber makanan itu terkait dengan nafsu yang cepat berkembang jika dari sumber hewani. Dengan puasa, Kiai Toha, nafsu bisa terkendali.
“Selain puasa, kalau malam disunnahkan melakukan dzikir yang banyak,” ujarnya.
Kemudian ketika berlanjut memasuki bulan Sya’ban, Kiai Toha menyarankan agar melakukan amalan-amalan yang bersifat menyucikan hati. Sebab, saat menjalani ibadah dhohir (fisik/lahir), jika penyakit-penyakit hati tidak dibersihkan, maka berat bagi ibadah dhohir itu untuk bisa diterima oleh Allah SWT.
“Yang dibiji niku (dinilai itu) bukan amal dhohir-nya, tapi bagaimana suasana hati yang berkembang. Karena itu, sucikan hati. Dengan suasana hati yang lapang dan penuh kegembiraan akan terpancar dalam gerak fisik. Dengan kata lain, penampakan fisik itu menggambarkan suasana hati. Karena itu, sekali lagi mari kita sucikan hati kita. Selain itu, monggo kita ngreksa tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari,” tandasnya.
Lebih dari itu, sambungnya, ketika memasuki bulan Ramadhan nanti, hendaknya setiap Muslim mampu menyucikan ruh untuk lebih dekat kepada Allah. Dengan kondisi ruh yang suci, maka komunikasi dalam konteks ibadah kepada Allah SWT bisa maksimal dilakukan.
Sementara KH M. Sya’dulloh yang memberikan tausyiyah pada kesempatan kedua menyampaikan pesan Sunan Kalijaga, salah satu Walisongo, lewat sebagaimana termaktub dalam serat tembang Dandang Gula. Apa saja yang disampaikan lewat ilmu, kata Kiai Sya’dulloh mengutip pesan Sunan Kalijaga, harus dilakoni.
“Ngelmu niku klakune kanthi laku. Ilmu jika cuma dipelajari, hanya akan menjadikan pelakunya hanya jadi orang pintar. Iblis itu juga pintar, sehingga bisa menghadap langsung dan berargumen kepada Allah,” ujarnya.
Tetapi, lanjut Kiai Sya’dulloh, apa yang disampaikan iblis, tidak digubris oleh Allah, akibat kesombongannya yang selalu merasa lebih baik dan meremehkan pihaknya, termasuk Nabi Adam ‘alaihissalam. Waktu itu, Allah minta kepada iblis dan makhluk lainnya, termasuk para malaikat, untuk sujud (menghormat) kepada Adam. Tetatpi, dengan pongah dan sombongnya, iblis menolak perintah itu, karena ia merasa lebih tinggi dan mulia ketimbang Adam.
“Oleh Allah, iblis gak direken (tidak ditanggapi), sebab dengan kesombongannya ia selalu merasa dirinya lebih dari yang lain. Padahal, para malaikat mau bersujud (menghormat) kepada Adam ketika diperintah oleh Allah. Karena itu, dalam ngelmu, pintar yang tak dibarengi dengan laku yang baik, tidak diterima oleh Allah,” tandasnya.
Masih menukil pesan bijak yang terserat dalam tembang Sunan Kalijaga, Kiai Sya’dulloh mengatakan, dalam hidup sehari-hari hendaknya menjadikan setiap amalan atau laku hidup bermanfaat bagi sesama
“Buatlah laku hidup kita manfaat tumrap liyan (bagi orang lain, Red). Jangan suka menyalah-nyalahkan. Kudu gawe tentreme liyan.
Nek wis duwe ilmu (ngelmu), harus bisa ngeker hawa nafsu.
Ngeker hawa nafsu niku ditandai qolbun salim, suasana hati yang aman dan selamat, yang selalu mendekat kepada Allah,” pesannya.
Ditemui seusai kajian, Ketua PHBI Masjid Baitul Amin, Ngatomo, mengungkapkan rasa syukyurnya karena pelaksanaan peringatan Isro’ Mi’roj tahun ini berjalan lancar dan mampu menyatukan para pengurus dan jamaah masjid, serta masyarakat dalam kajian di masjid dengan penuh kekompakan. Rasa syukur juga ia sampaikan, karena peserta kajian ternyata tidak saja dari Gresik kota saja, tapi juga dari beberapa daerah di luar kota.
“Seperti hari besar Islam lainnya, Isro’ Mi’roj sangat penting untuk diperingati, khususnya bagi generasi muda. Tetapi, buat kami, jauh lebih penting bila dengan peringatan hari besar Islam itu membuat kemakmuran di masjid lebih hidup. Kami berharap, ini jadi sarana agar jamaah Masjid Baitul Amin merasa nyaman, guyub rukun, kompak dalam segala kegiatan, termasuk peringatan Isro’ Mi’roj ini,” ujar Cak Tomo, sapaan akrabnya. (sto)